Literasi Digital dan Pesan Hadis Nabi: Jangan Sebarkan Semua yang Didengar

 

Literasi Digital dan Pesan Hadis Nabi: Jangan Sebarkan Semua yang Didengar - Autiya Nila Agustina - Anak muda saat ini hidup di era digital yang serba cepat. Informasi datang dari berbagai arah—media sosial, aplikasi pesan, hingga forum daring. Dalam hitungan detik, sebuah berita bisa menyebar ke jutaan orang. Namun, apakah semua informasi itu benar? Di sinilah pentingnya mengingat pesan Nabi Muhammad SAW:

"Cukuplah seseorang dianggap berdusta apabila ia menceritakan segala apa yang didengarnya." (HR. Muslim)

Hadis ini bukan hanya nasihat untuk masa lalu, tetapi juga relevan untuk generasi muda zaman sekarang. Ia menjadi pegangan penting dalam membangun literasi digital yang sehat dan bermartabat.


Hadis sebagai Fondasi Literasi Digital

1. Menjaga lisan, menjaga jempol

Jika di masa lalu Nabi menekankan kehati-hatian dalam berbicara, maka hari ini pesan itu bisa diterapkan pada "ucapan digital". Jempol kita di layar smartphone sama nilainya dengan lisan di dunia nyata.

2. Mencegah hoaks dan fitnah

Banyak hoaks beredar karena orang tergesa-gesa membagikan informasi tanpa mengecek kebenarannya. Hadis ini mengingatkan kita: menyebarkan kabar palsu, meski tanpa niat, bisa menjerumuskan pada dosa.

3. Selektif sebelum membagikan

Literasi digital berarti mampu memilah mana informasi yang layak disebarkan dan mana yang harus ditahan. Anak muda yang cerdas bukan hanya yang cepat mendapatkan informasi, tapi juga yang bijak dalam menyaringnya.


Tantangan Anak Muda di Era Digital

  1. Clickbait dan berita viral
    Banyak judul berita dibuat sensasional agar menarik perhatian. Tanpa verifikasi, orang muda sering terbawa arus membagikan berita tersebut.

  2. Tekanan sosial media
    Ada rasa takut ketinggalan informasi (fear of missing out / FOMO). Akhirnya, seseorang cenderung ikut menyebarkan kabar tanpa sempat memeriksa kebenarannya.

  3. Banjir informasi (information overload)
    Saking banyaknya informasi, sulit membedakan mana fakta dan mana opini.


Solusi Islami untuk Generasi Muda

  1. Tabayyun sebagai prinsip literasi digital
    Sebelum membagikan sesuatu di media sosial, lakukan klarifikasi atau cari sumber resmi. Prinsip tabayyun ini sejalan dengan ajaran Islam.

  2. Utamakan manfaat, bukan sensasi
    Tidak semua yang viral itu bermanfaat. Anak muda sebaiknya bertanya pada diri sendiri: "Apakah informasi ini mendidik, menenangkan, atau justru menimbulkan keresahan?"

  3. Belajar dari sumber terpercaya
    Ikuti akun atau media yang kredibel. Hindari menyebarkan konten dari sumber anonim yang tidak jelas asal-usulnya.

  4. Bijak menggunakan teknologi
    Gunakan media sosial untuk kebaikan—berbagi ilmu, inspirasi, atau motivasi, bukan untuk menyebarkan kebohongan.


Kesimpulan

Hadis Nabi Muhammad SAW yang menegaskan larangan menyampaikan semua yang didengar adalah landasan kuat untuk membangun karakter anak muda di era digital. Literasi digital dalam Islam bukan hanya soal kemampuan teknologi, tetapi juga etika dan tanggung jawab.

Anak muda yang bijak bukan sekadar "update" dengan berita terbaru, melainkan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari hoaks dan fitnah. Dengan demikian, mereka tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga mulia secara akhlak.

Comments