Bijak Menyebarkan Informasi: Pesan Hadis Nabi tentang Bahaya Menceritakan Semua yang Didengar - Autiya Nila Agustina - Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari komunikasi dan pertukaran informasi. Kita sering mendengar kabar dari orang lain, membaca berita dari media, hingga mendapatkan pesan singkat dari grup pertemanan. Sayangnya, tidak semua informasi yang beredar adalah benar. Sebagian bisa jadi hanya kabar angin, isu, atau bahkan fitnah. Islam sebagai agama yang penuh hikmah telah mengingatkan umatnya mengenai hal ini melalui sabda Nabi Muhammad SAW:
"Cukuplah seseorang dianggap berdusta apabila ia menceritakan semua yang didengarnya." (HR. Muslim)
Hadis singkat ini sarat makna. Ia mengajarkan kita agar tidak serta-merta menyampaikan semua kabar yang masuk ke telinga, karena hal tersebut bisa menjerumuskan kita pada kebohongan tanpa disadari.
Makna Hadis dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Bahaya tergesa-gesa dalam menyebarkan kabar
Menyampaikan berita tanpa memastikan kebenarannya bisa menimbulkan salah paham. Seorang Muslim yang gegabah dalam berbicara bisa menjadi penyebab tersebarnya fitnah.
2. Tanggung jawab moral atas ucapan
Islam mengajarkan bahwa lisan adalah amanah. Segala yang keluar dari mulut kita akan dimintai pertanggungjawaban. Bahkan jika niat kita hanya sekadar mengulang cerita, tetap saja bisa dianggap berdusta jika isi kabar itu tidak benar.
3. Pentingnya sikap selektif
Tidak semua informasi harus disampaikan. Memilih untuk diam ketika kabar belum jelas kebenarannya bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kebijaksanaan.
4. Menimbang manfaat dan risiko
Bahkan kebenaran pun kadang tidak layak diucapkan jika dampaknya justru membawa mudarat. Maka, selain benar, informasi juga harus baik dan bermanfaat.
Pesan Hadis di Era Digital
Di masa lalu, informasi mungkin hanya tersebar dari mulut ke mulut. Namun kini, satu jari di layar ponsel bisa menyebarkan berita ke ribuan orang dalam hitungan detik. Betapa bahayanya jika informasi tersebut tidak benar. Inilah mengapa pesan hadis Nabi SAW terasa semakin relevan di era media sosial.
Hoaks dan fitnah yang beredar di dunia maya telah banyak menimbulkan keresahan, bahkan kerusuhan. Seorang Muslim yang berpegang teguh pada hadis ini seharusnya mampu menjadi penyaring kabar, bukan penyebar isu.
Langkah Praktis Menyikapi Informasi
-
Tabayyun (klarifikasi): Pastikan kabar berasal dari sumber yang terpercaya.
-
Tahan diri: Jangan terburu-buru menyebarkan berita sebelum yakin kebenarannya.
-
Gunakan etika: Jika harus menyampaikan informasi, sampaikan dengan bahasa yang santun dan tidak menimbulkan keresahan.
-
Utamakan manfaat: Pikirkan apakah kabar tersebut membawa kebaikan atau justru kerugian.
Kesimpulan
Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjadi pengingat yang kuat agar kita tidak mudah menyampaikan setiap informasi yang didengar. Menyebarkan kabar tanpa verifikasi sama saja dengan menyebarkan kebohongan, meskipun tidak berniat berdusta.
Di era modern yang serba cepat, sikap hati-hati dalam menyampaikan informasi adalah bagian dari akhlak mulia. Dengan mempraktikkan ajaran ini, kita bisa menjaga diri dari dosa lisan sekaligus menjaga keharmonisan masyarakat dari fitnah dan perpecahan.
Comments