Tips Mendaki Kawah Ijen: Panduan Lengkap untuk Wisatawan

 

Tips Mendaki Kawah Ijen: Panduan Lengkap untuk Wisatawan - Autiya Nila Agustina -  Kawah Ijen adalah salah satu destinasi alam paling populer di Jawa Timur. Terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, kawah ini terkenal dengan fenomena blue fire, danau asam berwarna hijau toska, serta panorama sunrise yang menakjubkan.

Sumber Gambar: Tik Tok

Namun, mendaki Kawah Ijen bukanlah hal yang mudah. Medan menanjak, suhu dingin, hingga aroma belerang yang pekat membuat wisatawan perlu persiapan matang sebelum berangkat. Artikel ini akan membahas tips lengkap agar pendakian Anda berjalan lancar.


1. Waktu Terbaik untuk Mendaki

  • Dini hari (pukul 01.00 – 02.00 WIB):
    Waktu ini ideal jika Anda ingin melihat fenomena blue fire. Api biru hanya terlihat jelas saat malam hingga menjelang subuh.

  • Menjelang pagi (pukul 03.00 – 04.00 WIB):
    Cocok bagi yang ingin menikmati sunrise dari puncak Ijen tanpa turun ke kawah.

  • Musim kemarau (Mei – September):
    Jalur pendakian lebih kering, sehingga lebih aman dibanding musim hujan.


2. Persiapan Fisik

Meskipun jalurnya tidak sepanjang gunung lain, Kawah Ijen tetap menantang karena:

  • Trek menanjak dengan kemiringan 25–35 derajat.

  • Perjalanan memakan waktu 1,5 – 2,5 jam.

  • Aroma belerang cukup pekat.

👉 Sebelum mendaki:

  • Latih fisik dengan jogging ringan atau hiking kecil.

  • Pastikan tidur cukup sebelum hari pendakian.

  • Jangan makan terlalu berat sebelum mendaki.


3. Perlengkapan Wajib

Berikut perlengkapan yang sebaiknya dibawa:

  1. Masker gas (respirator).
    Untuk melindungi pernapasan dari asap belerang yang bisa menyengat mata dan paru-paru.

  2. Senter atau headlamp.
    Karena trekking dilakukan pada dini hari dengan kondisi gelap.

  3. Sepatu trekking.
    Jalur berbatu, licin, dan berdebu, sehingga sandal tidak disarankan.

  4. Jaket tebal.
    Suhu bisa mencapai 5–10°C di malam hari.

  5. Sarung tangan & kupluk.
    Membantu menghangatkan tubuh.

  6. Air minum & camilan energi.
    Misalnya cokelat, roti, atau kacang untuk menjaga stamina.

  7. Tongkat trekking (opsional).
    Membantu saat jalur menanjak.


4. Etika Selama Mendaki

  • Ikuti jalur resmi. Jangan keluar dari jalur karena bisa berbahaya.

  • Jangan memaksa turun ke kawah jika kondisi tidak memungkinkan. Gas belerang bisa tiba-tiba pekat.

  • Hargai penambang belerang. Jangan mengganggu mereka yang sedang bekerja.

  • Jaga kebersihan. Jangan membuang sampah sembarangan di jalur pendakian.


5. Tips Menikmati Blue Fire

  • Datang lebih awal. Agar tidak kehabisan waktu melihat fenomena langka ini.

  • Gunakan masker gas. Di dasar kawah, asap belerang sangat pekat.

  • Didampingi pemandu lokal. Mereka lebih berpengalaman dan tahu jalur aman.

  • Siapkan kamera dengan tripod. Blue fire akan lebih indah bila difoto dengan teknik long exposure.


6. Alternatif Wisata di Sekitar Kawah Ijen

Jika sudah puas dengan pendakian, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke destinasi sekitar:

  • Air Terjun Jagir: Air terjun cantik dengan tiga aliran sekaligus.

  • Desa wisata Jampit: Perkebunan kopi peninggalan Belanda.

  • Pantai Pulau Merah (Banyuwangi): Cocok untuk surfing dan menikmati sunset.

  • Alun-alun Bondowoso: Tempat santai sambil menikmati kuliner tape Bondowoso.


7. Estimasi Biaya Mendaki Kawah Ijen

  • Tiket masuk wisatawan lokal: Rp 5.000 – Rp 10.000.

  • Tiket masuk wisatawan mancanegara: Rp 100.000 – Rp 150.000.

  • Sewa masker gas: Rp 25.000 – Rp 50.000.

  • Jasa pemandu lokal: Rp 250.000 – Rp 400.000 (opsional).

  • Transportasi jeep / ojek wisata: Rp 75.000 – Rp 100.000 per orang.


Kesimpulan

Mendaki Kawah Ijen memang menantang, tetapi pengalaman melihat blue fire danau asam, dan panorama sunrise adalah sesuatu yang tidak terlupakan. Dengan persiapan matang—mulai dari fisik, perlengkapan, hingga etika mendaki—perjalanan Anda akan jauh lebih aman dan menyenangkan.

Kawah Ijen bukan hanya soal keindahan alam, tetapi juga cerita tentang perjuangan penambang belerang dan kekayaan budaya lokal di sekitarnya.

Comments