Surat Al-Baqarah Ayat 143: Hijrah, Ujian, dan Komitmen Dakwah

 

Ilustrasi: NU Online

Surat Al-Baqarah Ayat 143: Hijrah, Ujian, dan Komitmen Dakwah - Autiya Nila Agustina - Surat Al-Baqarah ayat 143 menjadi salah satu ayat penting yang memberikan arahan mendalam tentang dinamika hijrah dan komitmen dakwah umat Islam. Ayat ini bukan hanya berbicara mengenai perintah perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, tetapi juga mengandung pesan spiritual, intelektual, dan sosial yang sangat luas.Sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al-Baqarah Ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Arab-Latin: Wa każālika ja'alnākum ummataw wasaal litakn syuhadā`a 'alan-nāsi wa yaknar-raslu 'alaikum syahīdā, wa mā ja'alnal-qiblatallatī kunta 'alaihā illā lina'lama may yattabi'ur-rasla mim may yangqalibu 'alā 'aqibaīh, wa ing kānat lakabīratan illā 'alallażīna hadallāh, wa mā kānallāhu liyuī'a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara`fur raīm

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah [2]: 143)

Perubahan Kiblat: Simbol Hijrah Spiritual

Perintah untuk mengalihkan kiblat dari Baitul Maqdis menuju Ka’bah tidak semata-mata soal arah salat. Lebih dari itu, perubahan tersebut melambangkan hijrah spiritual dan intelektual. Umat Islam diajak untuk berpindah dari pola lama menuju orientasi baru yang lebih sesuai dengan identitas mereka sebagai umat Nabi Muhammad SAW.

Perubahan kiblat ini sekaligus menjadi ujian iman. Allah membedakan siapa yang benar-benar beriman dan taat kepada Rasul dengan sepenuh hati, serta siapa yang goyah hingga berpaling dari Islam. Dengan demikian, hijrah dalam ayat ini tidak terbatas pada perpindahan geografis, melainkan juga mencakup transformasi keyakinan dan penguatan komitmen dakwah.

Umat Islam sebagai Ummatan Wasathan

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa umat Islam ditempatkan sebagai ummatan wasathan (umat pertengahan). Predikat ini mengandung makna keadilan, moderasi, dan keseimbangan dalam menjalankan kehidupan. Sebagai umat pertengahan, kaum Muslim memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi saksi atas umat-umat lain di hadapan Allah kelak.

Rasulullah SAW sendiri akan menjadi saksi bahwa beliau telah menyampaikan risalah dengan sempurna. Maka, tugas umat Islam tidak hanya berhenti pada menyampaikan kebenaran, tetapi juga menegakkannya dengan sikap yang seimbang, bijak, dan penuh tanggung jawab.

Kabar Gembira bagi Para Sahabat

Ayat ini juga membawa ketenangan bagi para sahabat yang wafat sebelum terjadinya peralihan kiblat. Allah menegaskan bahwa amal dan iman mereka tidak akan sia-sia. Kasih sayang Allah tampak jelas di sini: ujian memang diberikan, tetapi setiap ketaatan tetap bernilai, baik sebelum maupun setelah perubahan kiblat.

Hikmah dan Relevansi Ayat

Secara akademis, tafsir atas ayat ini menegaskan bahwa hijrah dan komitmen dakwah merupakan dua aspek yang saling terkait. Hijrah menuntut keberanian untuk meninggalkan kebiasaan lama demi mengikuti perintah Allah, sementara komitmen dakwah menuntut konsistensi dalam menyampaikan risalah meskipun penuh tantangan.

Surat Al-Baqarah ayat 143 menjadi bukti bahwa umat Islam memiliki posisi strategis sebagai agen perubahan dalam sejarah keagamaan dan kemanusiaan. Dengan menjaga keseimbangan, komitmen, dan kesaksian, umat Islam dapat terus melanjutkan peran historisnya sebagai pembawa rahmat bagi semesta.

Comments