![]() |
| Sumber Gambar: Kumparan |
Grebeg Sukuh: Tradisi Lisan dan Ritual Budaya di Candi Sukuh - Autiya Nila Agustina - Candi Sukuh di lereng barat Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, bukan hanya dikenal sebagai peninggalan bercorak Hindu dengan relief-relief unik, tetapi juga sebagai pusat penyelenggaraan sebuah tradisi budaya yang disebut Grebeg Sukuh.
Berbeda dengan istilah grebeg yang biasa kita kenal dari perayaan besar di Keraton Jawa, Grebeg Sukuh bukanlah pesta rakyat megah, melainkan sebuah ritual lisan tahunan yang sarat makna spiritual, sosial, ekologis, dan simbolis. Tradisi ini menjadi jembatan antara kearifan lokal, kisah leluhur, dan penghormatan terhadap alam.
Lokasi dan Pelaksanaan
Ritual Grebeg Sukuh dilaksanakan di Candi Sukuh, tepatnya di Kelurahan Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Letaknya di lereng Gunung Lawu membuat suasana ritual terasa sakral sekaligus menyatu dengan alam pegunungan yang sejuk.
Tradisi ini tidak berbentuk grebeg ala keraton, melainkan ritual lisan dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi masyarakat sekitar candi. Setiap tahunnya, warga Desa Berjo bersama juru kunci dan tokoh adat berkumpul untuk melaksanakan ritual dengan rangkaian simbol dan perlengkapan tradisional.
Makna dan Unsur-Unsur Grebeg Sukuh
Grebeg Sukuh memiliki kekayaan makna yang luas, baik dari sisi budaya, spiritual, maupun semiotik.
1. Nilai-Nilai Budaya
Tradisi ini diyakini mengandung nilai spiritual, sosial, dan ekologis.
-
Spiritual: sebagai bentuk penghormatan leluhur dan upaya menjaga keseimbangan alam semesta.
-
Sosial: mempererat kebersamaan masyarakat Desa Berjo dan sekitarnya.
-
Ekologis: menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam.
2. Unsur Semiotik
Ritual ini juga menarik karena menggunakan ikon, indeks, dan simbol untuk menyampaikan makna:
-
Ikon: juru kunci, masyarakat Desa Berjo, gunungan, dan hasil palawija yang nyata terlihat.
-
Indeks: Candi Sukuh, gunungan, lilin, dupa, bunyi lesung, dan sindhen yang menunjukkan keterhubungan dengan alam dan spiritualitas.
-
Simbol: gunungan dan hasil bumi (palawija) melambangkan kesuburan, lilin dan dupa sebagai simbol penyucian, serta bunyi lesung dan sindhen sebagai simbol komunikasi dengan dunia gaib.
3. Konteks Candi Sukuh
Candi Sukuh sendiri adalah candi bercorak Hindu yang terkenal dengan relief-relief uniknya, seperti kisah Sudamala (tentang penyucian diri) dan Garudheya (tentang perjuangan Garuda). Kisah-kisah ini selaras dengan makna Grebeg Sukuh yang menekankan penyucian, perlindungan, serta keseimbangan hidup.
Fungsi dan Tujuan Grebeg Sukuh
Tradisi Grebeg Sukuh bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan memiliki beberapa fungsi utama yang diwariskan sejak lama:
-
Perlindungan Spiritual
Dipercaya sebagai upaya untuk menolak bala dan menangkal pengaruh buruk atau roh jahat yang mengganggu kehidupan masyarakat. -
Penghormatan Leluhur
Sebagai bentuk penghormatan pada arwah leluhur. Hal ini terlihat dari struktur Candi Sukuh yang menyerupai punden berundak, simbol penghormatan khas tradisi megalitik di Jawa. -
Penyucian Diri dan Alam
Seperti halnya kisah Sudamala yang terdapat pada relief candi, ritual ini berfungsi sebagai sarana ruwatan atau penyucian diri sekaligus menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam.
Penutup
Grebeg Sukuh adalah cermin kearifan lokal masyarakat lereng Gunung Lawu yang menjaga hubungan harmonis dengan leluhur, alam, dan Sang Pencipta. Ia bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga warisan budaya yang menyatukan nilai spiritual, sosial, dan ekologis.
Di balik gunungan hasil bumi, dupa, lilin, hingga suara lesung dan sindhen, Grebeg Sukuh menyimpan pesan abadi: bahwa manusia hanyalah bagian dari alam semesta yang harus hidup dalam keseimbangan dan keselarasan.
Dengan begitu, Candi Sukuh bukan hanya menjadi peninggalan sejarah Majapahit, melainkan juga pusat spiritual yang terus hidup lewat tradisi Grebeg Sukuh yang diwariskan lintas generasi. 🌿✨

Comments