Kesetaraan Manusia dalam Islam: Tafsir QS. Al-Hujurat Ayat 13 dan Relevansinya di Era Modern

 

Sumber Gambar: Dreamina AI


Pendahuluan

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk ibadah, tetapi juga mengatur tatanan sosial kehidupan manusia. Salah satu ayat yang memiliki pesan universal tentang kesetaraan, persaudaraan, dan keberagaman adalah QS. Al-Hujurat ayat 13.

Ayat ini berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja‘alnākum syu‘ūbaw wa qabā`ila lita‘ārafū, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr.

Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menjadi dasar penting bahwa Islam mengajarkan kesetaraan universal. Tidak ada manusia yang lebih mulia hanya karena keturunan, warna kulit, bangsa, atau suku tertentu. Kemuliaan hanya diukur berdasarkan ketakwaan kepada Allah.

Artikel ini akan membahas secara lengkap:

  1. Makna QS. Al-Hujurat ayat 13 dari berbagai tafsir ulama klasik maupun modern.

  2. Nilai-nilai universal yang terkandung dalam ayat tersebut.

  3. Relevansi ayat ini dengan kehidupan sosial, politik, dan budaya di era modern.

  4. Implementasi dalam konteks masyarakat majemuk seperti Indonesia.


Isi Artikel

1. Latar Belakang Turunnya Ayat

Para mufassir menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk meluruskan kebiasaan jahiliyah yang sering membanggakan nasab, suku, dan keturunan. Kaum Quraisy pada masa itu merasa lebih mulia daripada bangsa lain hanya karena mereka keturunan Arab.

Islam datang untuk menghapus tradisi diskriminasi ini. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, bapakmu pun satu. Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang non-Arab, atau non-Arab atas orang Arab, tidak ada keutamaan orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, dan tidak pula sebaliknya, kecuali dengan takwa.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Dengan ayat ini, Allah menegaskan bahwa kesatuan asal-usul manusia adalah dari Adam dan Hawa, sehingga tidak ada alasan untuk merasa lebih tinggi dari yang lain.


2. Tafsir QS. Al-Hujurat Ayat 13 Menurut Para Ulama

a. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kesamaan asal-usul manusia. Allah menciptakan seluruh manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa). Maka, tidak ada ruang bagi kebanggaan suku, ras, atau bangsa.

Kemuliaan hanya bisa dicapai dengan takwa.

b. Tafsir Al-Qurthubi

Menurut Al-Qurthubi, keberagaman manusia dalam bentuk bangsa dan suku adalah sarana untuk saling mengenal, bekerja sama, dan membangun hubungan sosial. Perbedaan itu bukan untuk menimbulkan permusuhan atau kebencian.

c. Tafsir Ath-Thabari

Imam Ath-Thabari menekankan bahwa takwa adalah standar kemuliaan. Allah tidak menilai manusia dari keturunan atau kekayaan, tetapi dari ketakwaannya.

d. Tafsir Buya Hamka (Al-Azhar)

Buya Hamka menafsirkan ayat ini dalam konteks bangsa Indonesia. Menurutnya, ayat ini adalah landasan persatuan bangsa. Indonesia yang memiliki ratusan suku, adat, dan bahasa harus melihat keberagaman itu sebagai rahmat, bukan perpecahan.

e. Tafsir M. Quraish Shihab (Al-Misbah)

Quraish Shihab menekankan bahwa ayat ini tidak hanya ditujukan kepada umat Islam, tetapi untuk seluruh manusia. Pesan universal Islam adalah mengajak semua umat manusia untuk hidup saling mengenal dan menghormati perbedaan.


3. Nilai-Nilai Universal dalam QS. Al-Hujurat Ayat 13

Dari penafsiran para ulama, terdapat beberapa nilai universal yang terkandung dalam ayat ini:

  1. Kesetaraan Manusia
    Semua manusia sama di hadapan Allah. Tidak ada yang lebih mulia kecuali dengan ketakwaan.

  2. Persaudaraan Universal
    Ayat ini menegaskan bahwa seluruh manusia adalah bersaudara karena berasal dari satu nenek moyang.

  3. Penghargaan terhadap Keberagaman
    Perbedaan bangsa dan suku adalah sunnatullah (ketentuan Allah) untuk memperkaya kehidupan manusia.

  4. Standar Kemuliaan adalah Takwa
    Takwa menjadi satu-satunya parameter yang membedakan kedudukan manusia di sisi Allah.


4. Relevansi QS. Al-Hujurat Ayat 13 di Era Modern

Ayat ini memiliki relevansi yang sangat kuat dengan berbagai permasalahan modern:

a. Menghadapi Rasisme

Di dunia modern, diskriminasi ras masih menjadi masalah serius. Ayat ini mengajarkan bahwa warna kulit bukan ukuran kemuliaan.

b. Menjaga Persatuan dalam Kemajemukan

Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, budaya, dan agama. Ayat ini bisa menjadi landasan persatuan nasional: Bhinneka Tunggal Ika sejalan dengan semangat ayat ini.

c. Menghapus Diskriminasi Gender

Allah menegaskan manusia berasal dari laki-laki dan perempuan. Artinya, tidak ada yang lebih mulia hanya karena jenis kelamin.

d. Membangun Toleransi Global

Dalam hubungan antarbangsa, ayat ini mendorong sikap saling mengenal dan bekerja sama untuk membangun perdamaian dunia.


5. Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Beberapa langkah praktis dalam mengamalkan ayat ini:

  1. Menghormati perbedaan agama, budaya, dan suku.

  2. Menghindari sikap diskriminatif baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara.

  3. Membangun sikap toleran dengan saling memahami antarindividu dan antarbangsa.

  4. Mengutamakan ketakwaan dalam segala aspek kehidupan.

  5. Menghapus fanatisme buta terhadap suku, ras, atau golongan.


Penutup

QS. Al-Hujurat ayat 13 adalah ayat yang memiliki pesan universal tentang kesetaraan, keberagaman, dan ketakwaan. Islam menegaskan bahwa kemuliaan tidak diukur dari nasab, warna kulit, bangsa, atau kekayaan, tetapi dari takwa kepada Allah.

Di era modern yang penuh konflik akibat perbedaan, ayat ini menjadi pedoman penting untuk membangun persatuan, toleransi, dan perdamaian.

Sebagai umat Islam, kita diajak untuk mengamalkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, baik di tingkat pribadi, masyarakat, maupun global.


Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.

  2. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Beirut: Dar al-Fikr.

  3. Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an.

  4. Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an.

  5. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Gema Insani Press.

  6. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati.

  7. Hadis Nabi dalam Musnad Ahmad dan Sunan Tirmidzi.

  8. Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Al-Qur’an, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press.

  9. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat.


Comments