Hadis Shahih: Pengertian, Syarat, Macam, dan Tingkatannya
Hadis Shahih: Pengertian, Syarat, Macam, dan Tingkatannya
Pendahuluan
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Dalam studi ilmu hadis, tidak semua hadis memiliki tingkat keabsahan yang sama. Salah satu tingkatan hadis tertinggi adalah hadis shahih, yang memiliki kredibilitas tinggi dan dapat dijadikan hujjah dalam hukum Islam.
Hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhâbit, serta tidak mengandung kejanggalan (syâdz) atau cacat tersembunyi (‘illat). Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian hadis shahih, syarat-syaratnya, macam-macamnya, istilah-istilah yang terkait, serta tingkatan hadis shahih dalam ilmu hadis.
1. Pengertian Hadis Shahih
Secara bahasa, shahih berarti "sehat" atau "benar". Dalam terminologi ilmu hadis, hadis shahih adalah hadis yang memenuhi lima syarat utama: sanadnya bersambung (ittishâl as-sanad), perawinya adil, perawinya dhâbit, tidak mengandung syâdz, dan tidak memiliki ‘illat yang mencacati keabsahannya.
Hadis shahih memiliki tingkat kepercayaan tertinggi dan dapat dijadikan dalil dalam semua aspek hukum Islam. Para ulama hadis seperti Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim menyusun kitab hadis mereka berdasarkan kriteria ini.
2. Syarat-syarat Hadis Shahih
Para ulama sepakat bahwa suatu hadis disebut shahih jika memenuhi lima syarat utama berikut:
a. Sanadnya Bersambung (Ittishâl as-Sanad)
Sanad yang bersambung berarti setiap perawi dalam rantai periwayatan hadis harus menerima hadis langsung dari gurunya tanpa ada perawi yang terputus. Jika terdapat perawi yang tidak dikenal atau ada jeda dalam sanadnya, hadis tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai shahih.
Contoh hadis dengan sanad bersambung:
> “Telah menceritakan kepada kami [A] dari [B] dari [C] dari [D] dari Nabi Muhammad SAW.”
Jika dalam sanad ini ada satu perawi yang hilang, maka sanadnya menjadi tidak bersambung dan hadisnya dianggap lemah (dha’if).
b. Periwayatnya Adil
Keadilan (‘adâlah) dalam hadis berarti perawi harus memiliki karakter yang baik, beragama dengan benar, menjauhi dosa besar, serta tidak melakukan perbuatan yang merusak kredibilitasnya.
Perawi yang adil akan memastikan bahwa hadis yang diriwayatkannya dapat dipercaya dan tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Jika seorang perawi diketahui berdusta atau fasik, hadis yang diriwayatkannya akan tertolak.
c. Periwayatnya Dhâbit
Perawi yang dhâbit adalah perawi yang memiliki daya ingat kuat dan kemampuan mencatat dengan teliti. Para ulama membagi dhâbit menjadi dua:
Dhâbit Sadr: Mengingat hadis dengan sempurna dan dapat menyampaikannya kembali tanpa perubahan.
Dhâbit Kitâbah: Menulis hadis dengan benar dan merawat catatannya tanpa ada kesalahan.
Jika seorang perawi memiliki kelemahan dalam hafalan atau catatannya tidak akurat, hadis yang diriwayatkannya bisa turun derajatnya menjadi hasan atau bahkan dha’if.
d. Terhindar dari Syâdz
Hadis disebut syâdz jika bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat dan diriwayatkan oleh perawi yang lebih terpercaya. Hadis yang mengandung syâdz tidak bisa dikategorikan sebagai shahih.
Contoh kasus: Jika seorang perawi tsiqah (terpercaya) meriwayatkan hadis, tetapi ada perawi lain yang lebih tsiqah meriwayatkan hadis berbeda, maka hadis yang lebih lemah dianggap syâdz.
e. Terhindar dari ‘Illat
‘Illat adalah cacat tersembunyi dalam hadis yang hanya bisa diketahui oleh para ahli hadis. Kadang-kadang sebuah hadis tampak shahih, tetapi setelah diteliti lebih dalam, ditemukan kecacatan seperti kesalahan dalam sanad atau perubahan dalam matan.
Contohnya, jika seorang perawi yang dikenal memiliki hafalan kuat tiba-tiba meriwayatkan hadis dengan lafaz yang berbeda dari biasanya, ulama akan meneliti apakah ada kesalahan dalam periwayatan tersebut.
3. Macam-macam Hadis Shahih
Hadis shahih terbagi menjadi dua jenis utama:
a. Shahih li Dzâtihi
Hadis shahih li dzâtihi adalah hadis yang memenuhi semua syarat shahih tanpa membutuhkan hadis lain untuk menguatkannya. Hadis dalam kategori ini memiliki kualitas yang sangat tinggi dan menjadi sumber utama dalam hukum Islam.
Contohnya adalah hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
b. Shahih li Ghairihi
Hadis shahih li ghairihi adalah hadis yang awalnya berkategori hasan tetapi naik derajatnya menjadi shahih karena diperkuat oleh jalur periwayatan lain yang kuat.
Misalnya, jika suatu hadis memiliki sedikit kelemahan tetapi diriwayatkan oleh banyak perawi terpercaya, maka hadis tersebut bisa menjadi shahih li ghairihi.
4. Istilah-istilah dalam Hadis Shahih
Dalam kajian hadis shahih, terdapat beberapa istilah penting yang sering digunakan, antara lain:
Muttafaq ‘Alaih: Hadis yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Shahih Bukhari: Hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Shahih Muslim: Hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Shahih Sittah: Hadis yang terdapat dalam enam kitab hadis utama (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah).
5. Tingkatan-tingkatan Hadis Shahih
Hadis shahih juga memiliki tingkatan berdasarkan kualitas perawinya dan tingkat kesempurnaan kriteria shahih yang dipenuhi.
a. Dari Segi Kedhabitan dan Keadilan Perawi
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh perawi yang paling tinggi tingkat dhâbit dan keadilannya berada dalam tingkatan tertinggi. Contohnya adalah hadis dalam Shahih Bukhari yang memiliki standar ketat dalam pemilihan perawi.
b. Dari Segi Kesempurnaan Syarat Shahih
Hadis yang memenuhi semua syarat shahih dengan sempurna, tanpa sedikit pun kelemahan, memiliki derajat lebih tinggi dibanding hadis yang masih memiliki sedikit kelemahan tetapi tetap shahih.
Kesimpulan
Hadis shahih adalah hadis yang memiliki kredibilitas tertinggi dalam Islam karena memenuhi lima syarat utama: sanad bersambung, perawi adil, perawi dhâbit, tidak mengandung syâdz, dan tidak memiliki ‘illat.
Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih li dzâtihi dan shahih li ghairihi. Selain itu, terdapat berbagai istilah dan tingkatan dalam hadis shahih yang membantu menentukan kualitas suatu hadis dalam kajian ilmu hadis.
Memahami hadis shahih sangat penting agar kita dapat mengambil dalil yang benar dalam menjalankan ajaran Islam dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Comments