Perputaran Kekuasaan Bani Umayyah: Di Antara Kejayaan dan Keruntuhannya

 

Sumber Gambar: Republika

Pendahuluan

Sejarah Islam adalah rentang panjang peradaban yang tidak hanya berisi kisah-kisah spiritual, tetapi juga narasi politik, sosial, dan budaya. Salah satu babak penting dalam sejarah ini adalah keberadaan Bani Umayyah, sebuah dinasti yang mengubah wajah dunia Islam dari kekuasaan kolektif menjadi bentuk monarki dinasti yang terstruktur dan ekspansif.

Di bawah panji Bani Umayyah, Islam mengalami perkembangan luar biasa, baik dari segi wilayah, kekuatan militer, stabilitas ekonomi, hingga sistem administrasi. Namun sebagaimana roda kekuasaan yang terus berputar, kejayaan yang pernah digenggam erat itu pun perlahan-lahan meredup hingga runtuh. Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana Bani Umayyah membangun kejayaannya, serta faktor-faktor apa saja yang menjadi sebab keruntuhannya.


I. Asal Usul dan Pendiri Dinasti Umayyah

1.1 Latar Klan Umayyah

Bani Umayyah adalah salah satu klan Quraisy, keturunan dari Umayyah bin Abd Shams. Mereka merupakan rival utama klan Hasyim, tempat Nabi Muhammad ﷺ berasal. Dalam fase awal Islam, banyak tokoh Bani Umayyah yang menentang dakwah Nabi, termasuk Abu Sufyan dan anaknya, Mu’awiyah bin Abu Sufyan.

Namun setelah penaklukan Mekah, sebagian besar dari mereka masuk Islam dan menjadi bagian dari pemerintahan Islam. Salah satu tokoh terpenting mereka adalah Mu’awiyah, yang kelak akan menjadi pendiri Dinasti Umayyah dan khalifah pertama dari garis keturunannya.

1.2 Berdirinya Dinasti

Dinasti Umayyah resmi berdiri setelah wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib dan pengunduran diri Hasan bin Ali, yang kemudian memberikan baiat kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 661 M. Dengan dipindahkannya ibu kota kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus, sistem pemerintahan berubah dari khilafah yang berbasis syura menjadi bentuk monarki dinasti.


II. Kejayaan Bani Umayyah

2.1 Ekspansi Wilayah yang Spektakuler

Di bawah Bani Umayyah, wilayah kekuasaan Islam meluas secara besar-besaran. Berikut adalah pencapaian geografis mereka:

  • Ke barat: Pasukan Muslim menaklukkan Afrika Utara dan Spanyol (Andalusia) melalui ekspedisi Thariq bin Ziyad pada tahun 711 M.

  • Ke timur: Penaklukan mencapai Persia, Khurasan, dan sebagian besar wilayah India.

  • Ke utara: Usaha pengepungan Konstantinopel, meski gagal, menunjukkan tekad mereka untuk menantang Kekaisaran Bizantium secara langsung.

2.2 Administrasi dan Inovasi Pemerintahan

Beberapa inovasi penting yang diperkenalkan oleh Bani Umayyah meliputi:

  • Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi.

  • Pencetakan mata uang Islam untuk menggantikan dinar Romawi dan dirham Persia.

  • Pembentukan birokrasi administratif yang efisien dan terstruktur.

  • Pembangunan infrastruktur seperti jalan, masjid, dan istana megah.

2.3 Stabilitas Ekonomi dan Pajak

Di masa pemerintahan khalifah seperti Abdul Malik bin Marwan dan al-Walid bin Abdul Malik, ekonomi kekhalifahan mengalami masa emas. Sistem pajak diatur secara terpusat dan sistematis, dengan dua jenis pajak utama:

  • Kharaj (pajak tanah)

  • Jizyah (pajak kepala untuk non-Muslim)

Dana ini digunakan untuk membiayai militer, membangun fasilitas umum, serta memperluas wilayah kekuasaan.


III. Puncak Keemasan Dinasti Umayyah

3.1 Khalifah Abdul Malik bin Marwan

Salah satu khalifah terbaik dalam sejarah Bani Umayyah, Abdul Malik bin Marwan (685–705 M) dikenal karena:

  • Menyatukan dunia Islam setelah konflik internal.

  • Mengembangkan sistem pos dan komunikasi.

  • Melakukan standarisasi mata uang Islam.

  • Membangun Kubah Batu (Dome of the Rock) di Yerusalem.

3.2 Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik

Putranya, al-Walid (705–715 M), melanjutkan reformasi dan ekspansi besar-besaran. Di bawah kepemimpinannya:

  • Masjid-masjid besar seperti Masjid Agung Damaskus dibangun.

  • Ekspansi ke Spanyol, India, dan Transoxiana berjalan sangat agresif.

  • Sistem pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an diperkuat di wilayah-wilayah baru.


IV. Penyebab Keruntuhan Dinasti Umayyah

4.1 Krisis Politik dan Persaingan Internal

Faktor-faktor internal seperti perebutan kekuasaan di kalangan keluarga Umayyah sendiri menjadi penyebab awal kehancuran. Misalnya, pemberontakan Yazid III terhadap Walid II menunjukkan adanya krisis legitimasi dalam tubuh kekuasaan itu sendiri.

4.2 Diskriminasi dan Ketidakadilan Sosial

Dinasti Umayyah dituduh mengutamakan bangsa Arab dan mendiskriminasi non-Arab (mawali) meskipun mereka telah masuk Islam. Ini menimbulkan ketegangan yang tajam antara Arab dan non-Arab di seluruh wilayah kekhalifahan.

4.3 Ketidakpuasan Kaum Syiah dan Khawarij

Kelompok Syiah, pendukung Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, terus melakukan perlawanan. Mereka tidak pernah mengakui keabsahan kekuasaan Bani Umayyah. Demikian pula, Khawarij sering memberontak karena menilai pemerintahan Umayyah menyimpang dari prinsip keadilan Islam.

4.4 Pemberontakan Abbasiyah

Puncaknya terjadi ketika keturunan dari Abbas, paman Nabi Muhammad, yaitu Abu Muslim al-Khurasani dan pendukungnya menggerakkan Revolusi Abbasiyah dari Khurasan (Irak dan Iran timur). Pada tahun 750 M, kekuatan militer Abbasiyah berhasil menggulingkan Dinasti Umayyah dan membantai sebagian besar keturunan mereka, kecuali satu tokoh penting: Abdurrahman ad-Dakhil, yang melarikan diri ke Andalusia.


V. Warisan dan Pengaruh Bani Umayyah

5.1 Kebudayaan dan Arsitektur

Warisan kebudayaan Dinasti Umayyah sangat nyata dalam:

  • Arsitektur monumental, seperti Kubah Batu dan Masjid Umayyah.

  • Penyebaran bahasa Arab sebagai lingua franca dunia Islam.

  • Pusat-pusat ilmu pengetahuan yang mulai berkembang di masa ini, menjadi cikal bakal kemajuan di era Abbasiyah.

5.2 Andalusia: Pewaris Kejayaan Umayyah

Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan Kekhalifahan Umayyah di Andalusia (756 M) yang kemudian menjadi pusat ilmu, seni, dan kebudayaan Islam di Eropa. Di sinilah Islam berinteraksi erat dengan dunia Barat dan memberikan kontribusi besar dalam bidang:

  • Filsafat dan sains (melalui tokoh seperti Ibn Rushd dan al-Zahrawi).

  • Musik dan puisi Arab-Spanyol.

  • Arsitektur Andalusian dengan gaya khas seperti Masjid Cordoba.


VI. Refleksi: Pelajaran dari Sejarah Bani Umayyah

6.1 Kejayaan yang Tidak Abadi

Sejarah Bani Umayyah mengajarkan bahwa kejayaan sebesar apapun bisa runtuh bila tidak dibarengi dengan keadilan, keterbukaan, dan kematangan politik. Ketimpangan sosial, korupsi kekuasaan, dan kesombongan elit adalah bom waktu yang menggerogoti kekuasaan dari dalam.

6.2 Pentingnya Reformasi Berkelanjutan

Meskipun Bani Umayyah berhasil membangun sistem negara yang modern untuk zamannya, mereka gagal dalam melakukan reformasi sosial dan inklusifitas terhadap seluruh lapisan masyarakat Muslim, khususnya non-Arab.


Penutup

Bani Umayyah merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam. Mereka mengubah dunia Islam menjadi sebuah kekuatan global yang ditakuti dan dikagumi. Namun, kekuasaan mereka juga menjadi cermin bahwa kejayaan duniawi tanpa spiritualitas dan keadilan akan rapuh dan akhirnya runtuh.

Sebagai generasi penerus umat Islam, kita harus belajar dari kisah masa lalu: bahwa kekuasaan harus ditopang oleh amanah, keadilan, dan kebijaksanaan, bukan semata ambisi dan dominasi.

Comments

Anonymous said…
semangat berkarya

Postingan Populer

Boleh Nggak Sih Rujuk Tanpa Persetujuan Istri? Yuk, Bahas Bareng-bareng!

Komunikasi Religius sebagai Terapi Jiwa dan Penguat Spiritualitas dalam Islam