Makam Sunan Geseng di Tuban: Jejak Murid Sunan Kalijaga yang Sakti dan Kebal Api - Autiya Nila Agustina - Sejarah penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari peran Wali Songo dan para muridnya. Para wali, terutama Sunan Kalijaga, dikenal tidak hanya sebagai ulama yang menyebarkan agama Islam, tetapi juga sebagai tokoh budaya yang mampu menyatukan nilai-nilai Islam dengan tradisi lokal. Keberhasilan Islam berkembang pesat di Jawa banyak dipengaruhi oleh metode dakwah mereka yang penuh kearifan, tanpa paksaan, serta menghargai adat istiadat setempat.
![]() |
Informasi Gambar: Sumber gambar Dari Tik Tok |
Di antara murid-murid Sunan Kalijaga yang cukup terkenal, terdapat sosok Sunan Geseng. Nama "Geseng" sendiri melekat padanya karena sebuah kisah karomah luar biasa: ia dikenal kebal terhadap api. Kisah ini membuat namanya tersohor, terutama di wilayah Tuban, Jawa Timur, di mana makamnya kini menjadi salah satu tujuan ziarah.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang siapa sebenarnya Sunan Geseng, bagaimana kisah hidup dan dakwahnya, keistimewaan makamnya, serta nilai-nilai yang bisa kita ambil sebagai generasi penerus.
Siapakah Sunan Geseng?
Nama asli Sunan Geseng tidak banyak tercatat dalam literatur sejarah klasik. Ia lebih dikenal dengan sebutan Geseng, yang dalam bahasa Jawa berarti terbakar atau hangus. Julukan ini muncul dari sebuah kisah karomah yang menyertainya, yakni saat dirinya diperintahkan oleh gurunya, Sunan Kalijaga, untuk melakukan tapa (bertapa) di dalam hutan yang lebat.
Karena hutan tersebut sulit dijangkau dan penuh semak belukar, akhirnya penduduk setempat membakar hutan untuk membersihkannya. Anehnya, meskipun hutan terbakar habis, Sunan Geseng tetap ditemukan dalam keadaan selamat. Tubuhnya gosong (geseng) seperti arang, namun ia tetap hidup tanpa cedera berarti. Sejak saat itulah ia mendapat julukan Sunan Geseng.
Selain dikenal sakti dan kebal api, Sunan Geseng juga dipercaya sebagai murid Sunan Kalijaga yang paling tekun dalam menimba ilmu agama, sekaligus aktif dalam dakwah di pedesaan Jawa.
Hubungan Guru-Murid: Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang paling populer di kalangan masyarakat Jawa. Metode dakwahnya terkenal unik karena memanfaatkan budaya lokal seperti wayang kulit, gamelan, dan seni rupa untuk menyampaikan ajaran Islam.
Sebagai murid, Sunan Geseng banyak belajar dari pendekatan ini. Ia dikenal sebagai sosok sederhana, tidak menonjolkan diri, tetapi berpegang teguh pada ajaran gurunya. Kisah tentang ketekunannya dalam tapa hingga tubuhnya "geseng" adalah simbol dari kesungguhannya dalam menjalani laku spiritual.
Hubungan guru dan murid ini juga menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Jawa bukanlah tugas individual, melainkan dilakukan oleh sebuah jaringan yang luas, melibatkan wali dan murid-muridnya.
Lokasi Makam Sunan Geseng
Makam Sunan Geseng terletak di Hutan Punggur, Desa Geseng, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Lokasi ini berada di daerah yang cukup asri dengan nuansa pedesaan yang kental.
Meski tidak seramai makam Sunan Bonang yang juga berada di Tuban, makam Sunan Geseng tetap memiliki pengunjung setia. Para peziarah datang tidak hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk mencari keberkahan (tabarruk) dari seorang ulama besar yang dikenal karomahnya.
Kompleks makam ini memiliki bangunan pelindung sederhana, mushola, serta ruang istirahat bagi para peziarah. Lingkungannya dikelilingi pepohonan yang membuat suasana tenang dan menambah khusyuk bagi mereka yang datang.
Keistimewaan dan Karomah Sunan Geseng
Ada beberapa hal yang membuat makam Sunan Geseng begitu menarik perhatian masyarakat, di antaranya:
1. Kisah Kebal Api
Seperti dijelaskan sebelumnya, Sunan Geseng mendapat julukan karena selamat dari kebakaran hutan saat bertapa. Kisah ini bukan hanya soal keajaiban fisik, tetapi juga mengandung makna spiritual: api dunia tidak bisa melukai orang yang imannya kokoh dan ikhlas beribadah kepada Allah.
2. Batu Pipih Bekas Pasujudan
Di kompleks makam, terdapat sebuah batu pipih yang diyakini sebagai tempat pasujudan (tempat sujud) Sunan Geseng. Batu ini dianggap saksi bisu dari laku ibadah beliau, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi peziarah.
3. Air Karomah
Di dekat makam terdapat sebuah sumber air yang dipercaya memiliki keberkahan dan manfaat bagi kesehatan. Air ini sering diambil oleh peziarah untuk diminum atau dibawa pulang.
4. Pohon Dewandaru
Tepat di depan kompleks makam, tumbuh sebuah pohon Dewandaru. Pohon ini diyakini memiliki khasiat spiritual, terutama dalam membantu terkabulnya doa. Selain itu, masyarakat percaya bahwa daun atau buah pohon Dewandaru dapat menyembuhkan berbagai penyakit, khususnya penyakit dalam.
Peran Dakwah Sunan Geseng
Sebagai murid Sunan Kalijaga, Sunan Geseng ikut ambil bagian dalam penyebaran Islam di pedesaan Jawa. Dakwahnya lebih menekankan pada pendekatan yang sederhana, mudah dipahami oleh rakyat kecil, dan penuh dengan kearifan lokal.
Ia dikenal dekat dengan masyarakat bawah, sering memberikan wejangan dengan bahasa yang sederhana, serta mencontohkan akhlak mulia dalam kesehariannya. Hal ini membuat ajaran Islam semakin diterima di kalangan rakyat jelata.
Perbandingan dengan Wali Lain
Meskipun tidak setenar Sunan Bonang atau Sunan Giri, keberadaan Sunan Geseng menunjukkan bahwa proses Islamisasi Nusantara tidak hanya dilakukan oleh figur besar, tetapi juga oleh murid-murid yang tersebar di berbagai daerah.
Jika Sunan Bonang lebih dikenal dengan karya seni musik Islami, Sunan Giri dengan pendidikan pesantrennya, maka Sunan Geseng dikenal dengan kesederhanaan dan keteguhan spiritualnya. Ia adalah contoh nyata bahwa dakwah tidak selalu harus dilakukan dengan kemegahan, tetapi bisa juga lewat kesabaran dan keteladanan.
Tradisi Ziarah di Makam Sunan Geseng
Tradisi ziarah makam wali sudah menjadi bagian dari budaya Islam di Jawa. Di makam Sunan Geseng, para peziarah biasanya melakukan:
-
Membaca doa bersama.
-
Membaca tahlil dan yasin.
-
Mengambil air karomah.
-
Berdoa di dekat pohon Dewandaru.
Meskipun ada perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai tradisi ziarah, bagi masyarakat Jawa hal ini menjadi sarana spiritual sekaligus penghormatan terhadap ulama terdahulu yang berjasa dalam menyebarkan Islam.
Makna Filosofis dari Kisah Sunan Geseng
Kisah kebal api Sunan Geseng bisa dipahami secara simbolis. Api melambangkan cobaan hidup, sedangkan keselamatan Sunan Geseng melambangkan bahwa iman yang kuat mampu melindungi seseorang dari berbagai ujian.
Selain itu, nama "Geseng" juga bisa dimaknai sebagai simbol kerendahan hati. Meskipun tubuhnya gosong, ia tidak pernah mengeluh, tetap istiqamah dalam beribadah, dan terus berdakwah hingga akhir hayat.
Potensi Wisata Religi
Makam Sunan Geseng memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata religi di Tuban. Jika dikelola dengan baik, situs ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Pengembangan wisata religi ini bisa dilakukan dengan:
-
Menjaga kebersihan dan kenyamanan area makam.
-
Menyediakan fasilitas memadai untuk peziarah.
-
Mengadakan kegiatan budaya Islami yang terhubung dengan sejarah Sunan Geseng.
-
Memperkenalkan kisah Sunan Geseng melalui media digital.
Nilai-Nilai yang Bisa Dipetik
Dari kisah hidup dan makam Sunan Geseng, ada beberapa nilai penting yang bisa kita ambil:
-
Kesabaran dalam menghadapi cobaan – api dunia tidak sebanding dengan api kesabaran seorang hamba Allah.
-
Kesederhanaan dalam dakwah – dakwah yang efektif adalah yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
-
Keteguhan iman – iman yang kuat membuat seseorang tegar menghadapi segala rintangan.
-
Kebersamaan dalam dakwah – Islam tidak disebarkan oleh satu orang saja, melainkan oleh jaringan guru dan murid yang bekerja sama.
Penutup
Makam Sunan Geseng di Tuban bukan hanya tempat peristirahatan seorang ulama besar, tetapi juga simbol perjalanan panjang Islamisasi di Nusantara. Sosoknya yang dikenal sakti, kebal api, dan tekun dalam ibadah menjadi inspirasi bagi masyarakat hingga kini.
Sebagai murid Sunan Kalijaga, Sunan Geseng mewarisi semangat dakwah yang penuh kearifan, sederhana, namun membekas di hati masyarakat. Makamnya yang terletak di Desa Geseng, Tuban, terus menjadi saksi bisu dari sebuah perjuangan spiritual yang luar biasa.
Bagi generasi muda, kisah Sunan Geseng adalah pengingat bahwa keistimewaan seorang Muslim bukan pada kemewahan duniawi, melainkan pada keteguhan iman, kesabaran, dan keteladanan akhlak.
Comments