Sejarah dan Kehidupan Sosial Desa Kedalon, Batangan, Pati
Pendahuluan
Desa Kedalon adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Desa ini berada di kawasan pesisir utara Jawa yang dikenal dengan potensi garamnya sekaligus problem air tawar yang langka. Dengan jumlah penduduk 4.745 jiwa (2023), Kedalon merupakan desa padat dengan kepadatan rata-rata 1.287 jiwa/km².¹
Kedalon terbagi menjadi beberapa Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) yang masing-masing berakar pada dukuh atau pedukuhan. Seperti banyak desa di Pati lainnya, Kedalon memiliki kekayaan sejarah lokal, kisah mitologi tentang pendirinya, serta kehidupan sosial-ekonomi yang unik: dari bertani di sawah tadah hujan, menjadi buruh pembuat garam di musim kemarau, hingga menyadap legen dan menjual buah siwalan.
Artikel ini mencoba menguraikan secara lengkap sejarah, demografi, budaya, serta dinamika sosial-ekonomi Desa Kedalon berdasarkan sumber lisan, ensiklopedia daring, serta dokumentasi pemerintah daerah.
---
Sejarah Desa Kedalon
Danyang Singo Nyidro: Cikal Bakal Kedalon
Menurut tradisi lisan, cikal bakal Desa Kedalon tidak bisa dilepaskan dari sosok Danyang Singo Nyidro.² Ia diyakini sebagai tokoh pendiri sekaligus leluhur masyarakat asli Kedalon. Danyang adalah istilah khas Jawa yang berarti roh penunggu atau pelindung desa. Biasanya, danyang adalah tokoh nyata yang kemudian dikeramatkan setelah wafat.
Singo Nyidro diyakini hidup sezaman dengan dua danyang desa lain:
Yuyu Rumpung, danyang Desa Kemaguwan
Kudo Suwengi, danyang Desa Jembangan
Ketiganya dipercaya memiliki hubungan erat dalam membuka dan menjaga wilayah pesisir Pati bagian timur. Makam Singo Nyidro hingga kini diyakini berada di sebelah barat daya SMP Negeri 1 Batangan, yang menjadi salah satu situs penting bagi warga Kedalon.³
Makna Sejarah Lisan
Kisah tentang Singo Nyidro tidak bisa diverifikasi dengan dokumen sejarah resmi. Namun, dalam tradisi Jawa, kisah danyang lebih berfungsi sebagai legitimasi kultural—penjelasan tentang asal-usul desa yang dituturkan turun-temurun. Bagi masyarakat, keberadaan makam Singo Nyidro bukan hanya bukti sejarah, tetapi juga simbol identitas dan penghormatan kepada leluhur.
---
Batas Wilayah dan Kondisi Geografis
Secara geografis, Desa Kedalon terletak di bagian timur Kabupaten Pati dengan koordinat 6°43′20″S 111°13′34″E.⁴ Adapun batas-batas wilayah Kedalon adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Desa Gajahkumpul & Desa Batursari (berada di jalur pantura)
Sebelah Timur: Desa Gajahkumpul & Desa Mojorembun (Kabupaten Rembang)
Sebelah Selatan: Desa Gunungsari
Sebelah Barat: Desa Jembangan & Desa Lengkong
Kedalon termasuk wilayah tadah hujan, yang berarti sawah-sawah di desa ini hanya bergantung pada musim penghujan. Pada musim kemarau, sebagian besar sawah tidak bisa ditanami dan banyak warga beralih menjadi buruh pembuat garam.
---
Demografi Desa Kedalon
Berdasarkan data resmi (2023), jumlah penduduk Kedalon mencapai 4.745 jiwa, terdiri dari:
Laki-laki: 2.366 orang
Perempuan: 2.379 orang
Jumlah KK: 1.566
Desa Kedalon terbagi menjadi 4 RW yang sekaligus mewakili nama-nama dukuh:
1. RW I – Dukuh Gadel
2. RW II – Dukuh Tulis & Dukuh Nganguk
3. RW III – Dukuh Klumpit
4. RW IV – Dukuh Dalon
Setiap dukuh memiliki satu masjid dan seorang imam masjid yang biasanya berperan penting sebagai pemimpin spiritual sekaligus tokoh masyarakat. Struktur ini menunjukkan betapa kuatnya peran agama Islam dalam kehidupan sosial masyarakat Kedalon.⁵
---
Mata Pencaharian Penduduk
Bertani Sawah
Mayoritas penduduk Kedalon bermata pencaharian sebagai petani sawah tadah hujan. Karena keterbatasan irigasi, mereka hanya bisa panen setahun sekali, terutama saat musim penghujan. Pada musim kemarau, sawah biasanya dibiarkan kering atau digunakan untuk kegiatan lain.
Petani Garam
Ketika kemarau panjang, banyak warga Kedalon menjadi buruh pengolah garam di tambak-tambak yang berada di pesisir Batangan hingga Kaliori (Rembang). Para petani garam Kedalon tidak memiliki lahan sendiri, tetapi bekerja pada juragan garam dengan sistem upah harian atau bagi hasil.⁶
Penyadap Legen dan Penjual Siwalan
Dukuh Klumpit terkenal dengan warganya yang berprofesi sebagai penyadap legen (nira siwalan). Legen ini dijual sebagai minuman segar atau diolah menjadi gula merah. Selain itu, buah siwalan (entah yang masih muda maupun masak) juga menjadi komoditas khas Kedalon. Namun, lahan pohon siwalan semakin terbatas karena alih fungsi lahan.⁷
---
Infrastruktur Desa
Sebagian besar jalan desa di Kedalon sudah pernah diaspal, baik melalui swadaya masyarakat maupun bantuan pemerintah. Namun, karena desa ini menjadi jalur angkut garam dan hasil bumi dengan kendaraan bertonase besar, banyak jalan yang cepat rusak.
Pada tahun 2014, di masa Bupati Haryanto, sebagian besar jalan desa diperbaiki melalui dana APBD Kabupaten Pati. Perbaikan dilakukan dengan pengaspalan dan pengecoran (plester).⁸
---
Pendidikan dan Kehidupan Keagamaan
Kedalon memiliki 3 sekolah dasar:
1. SD Negeri Kedalon 1
2. SD Negeri Kedalon 2
3. SD Negeri Kedalon 3
Selain pendidikan formal, masyarakat Kedalon juga aktif dalam pendidikan non-formal, seperti pengajian rutin, sekolah sore (madrasah diniyah), dan pondok pesantren.
Dari sisi keagamaan, setiap dukuh memiliki masjid sebagai pusat kegiatan ibadah, pendidikan agama, dan musyawarah warga. Peran imam masjid sangat sentral, bahkan sering dianggap sebagai tokoh penengah dalam konflik sosial.⁹
---
Permasalahan Air
Salah satu masalah terbesar Desa Kedalon adalah krisis air bersih. Karena wilayahnya tadah hujan dan dekat dengan pantai, sebagian besar sumber air tanah di desa ini bersifat payau (asin).
Hanya sebagian kecil sumur yang menghasilkan air tawar layak konsumsi. Sejak ada saluran PDAM Kabupaten Pati, sebagian warga bisa menikmati air bersih, tetapi hanya menjangkau Dukuh Gadel. Dukuh lain masih kesulitan dan bergantung pada air beli atau kiriman tangki.¹⁰
---
Analisis Sosial-Budaya
Dari sejarah hingga kehidupan sehari-hari, Desa Kedalon merepresentasikan dinamika khas desa pesisir utara Jawa Tengah:
1. Ketergantungan Musim – ekonomi warga sangat dipengaruhi iklim (hujan untuk bertani, kemarau untuk membuat garam).
2. Kearifan Lokal – profesi penyadap legen dan penjual siwalan adalah bagian dari tradisi turun-temurun.
3. Ketahanan Sosial – gotong royong dalam pembangunan jalan, masjid, dan sekolah menunjukkan solidaritas warga.
4. Spiritualitas Islam – masjid dan peran imam memperkuat identitas religius sekaligus moral desa.
5. Tantangan Modernisasi – keterbatasan air dan infrastruktur membuat Kedalon harus beradaptasi dengan perubahan zaman.
---
Penutup
Sejarah dan kehidupan sosial Desa Kedalon membuktikan bahwa desa bukan sekadar unit administratif, melainkan ruang hidup yang sarat makna. Dari kisah Danyang Singo Nyidro hingga perjuangan warganya mencari air bersih, Kedalon adalah contoh bagaimana masyarakat desa bertahan menghadapi keterbatasan dengan solidaritas, iman, dan kerja keras.
Dengan penduduk 4.745 jiwa yang mayoritas petani, buruh garam, dan penyadap legen, Kedalon telah membentuk identitasnya sendiri di tengah Kabupaten Pati. Kisah ini bukan hanya milik warga Kedalon, tetapi juga bagian dari mosaik sejarah dan budaya Jawa Tengah.
---
Daftar Referensi
1. Wikipedia. Kedalon, Batangan, Pati. Diakses via [Wikipedia Indonesia] (2023).
2. P2K STEKOM. Ensiklopedia Dunia: Kedalon, Batangan, Pati. Universitas STEKOM, Semarang, 2023.
3. Diskominfo Pati. Profil Kecamatan Batangan. Pemerintah Kabupaten Pati, 2019.
4. Wawancara dengan tokoh masyarakat Kedalon, September 2023.
5. Haryanto, Bupati Pati. Laporan Pembangunan Jalan Desa 2014. Arsip Pemkab Pati.
Comments