Tradisi Dandangan Yang Menjadi Pemberdayaan UMKM Di Kabupaten Kudus Semakin Meningkat - A Rima Mustajab - Tradisi Dandangan di Kota Kudus adalah salah satu contoh nyata bagaimana kekayaan budaya lokal dapat berperan dalam menyambut bulan suci Ramadan dengan cara yang khas dan penuh makna. Sebagai sebuah tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad, Dandangan tidak hanya berfungsi sebagai pasar malam yang meriah, tetapi juga sebagai simbol kekuatan komunitas dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya serta kebersamaan menjelang bulan suci. Di tengah modernisasi dan perubahan sosial yang cepat, Dandangan tetap menjadi titik kumpul masyarakat untuk merayakan kedatangan Ramadan dengan cara yang unik dan penuh warna.
Pengertian Dandhangan
Dandangan adalah tradisi yang diadakan di Kota Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, menjelang bulan suci Ramadan. Kegiatan ini, yang sudah ada sejak zaman Sunan Kudus, adalah bentuk pasar malam yang berlangsung selama beberapa minggu sebelum Ramadan. Berpusat di sekitar Masjid Menara Kudus, Dandangan mencakup area luas mulai dari Jalan Menara Kudus hingga Pasar Jember, dan melibatkan berbagai pedagang dari berbagai daerah. Nama "Dandangan" sendiri berasal dari suara bedug yang dikenal dengan bunyi “dang! dang!” yang dikaitkan dengan pengumuman awal puasa.
![]() |
Gambar Dandhangan Di Kabupaten Kudus (Sumber: Republika) |
Tradisi ini menampilkan berbagai produk dan layanan, seperti pakaian, sepatu, perhiasan, furnitur, mainan anak-anak, dan makanan, serta diiringi dengan acara-acara budaya dan pawai. Dandangan juga menjadi ajang berkumpulnya masyarakat dan pedagang dari berbagai daerah, menciptakan suasana kemeriahan yang menyambut Ramadan. Kegiatan ini, selain memberikan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha, juga melestarikan nilai-nilai budaya lokal dan mempererat hubungan sosial di komunitas Kudus.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tradisi Dandangan
1. Sejarah dan Warisan Budaya
Asal Usul
Tradisi Dandangan berakar dari kebiasaan yang dimulai sejak zaman Sunan Kudus. Pada masa lalu, acara ini merupakan kesempatan bagi santri untuk berkumpul dan menunggu pengumuman awal puasa dari Sunan Kudus, yang kemudian berkembang menjadi pasar malam yang ramai.
Simbolisme Bedug
Nama "Dandangan" diambil dari bunyi bedug yang sering dianggap dapat berbunyi sendiri, menandai keunikan dan kekuatan simbolis dari tradisi ini dalam menyambut Ramadan.
2. Kegiatan Ekonomi
Perdagangan dan Kegiatan Usaha
Dandangan menarik pedagang dari berbagai daerah yang menawarkan berbagai produk mulai dari pakaian hingga makanan. Hal ini memberikan peluang ekonomi bagi pedagang, terutama pelaku UMKM, untuk memperkenalkan produk mereka dan berinteraksi dengan pelanggan.
Festival dan Pawai
Kegiatan seperti kirab dan acara budaya selama Dandangan memberikan tambahan atraksi yang memperkaya pengalaman berbelanja dan memperkuat daya tarik festival ini.
3. Peran Komunitas
Partisipasi Masyarakat
Dandangan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk pelaku usaha, seniman, dan warga lokal, yang bersama-sama merayakan kedatangan Ramadan. Hal ini memperkuat rasa komunitas dan kebersamaan.
Pelestarian Budaya
Kegiatan ini juga berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan dan meneruskan tradisi budaya kepada generasi muda serta pengunjung dari luar kota.
Manfaat Tradisi Dandangan
1. Ekonomi Lokal
Pendapatan bagi Pedagang
Dandangan memberikan kesempatan bagi pedagang untuk mendapatkan pendapatan tambahan selama festival berlangsung. Ini termasuk pedagang lokal maupun dari luar daerah yang memanfaatkan kesempatan untuk menjual produk mereka.
Dampak Terhadap UMKM
Perayaan ini memberikan dukungan ekonomi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terlibat, memperluas jangkauan pasar mereka dan meningkatkan visibilitas produk mereka.
2. Keterhubungan Sosial
Penguatan Komunitas
Dandangan berfungsi sebagai titik pertemuan bagi warga lokal dan pendatang, memperkuat ikatan sosial dan memberikan platform untuk interaksi antar masyarakat.
Sarana Edukasi Budaya
Melalui berbagai acara budaya dan pawai, Dandangan memperkenalkan nilai-nilai dan sejarah lokal kepada pengunjung, membantu memelihara dan meneruskan warisan budaya.
3. Promosi Wisata
Daya Tarik Wisata
Sebagai festival tahunan yang menarik ribuan pengunjung, Dandangan berkontribusi pada promosi pariwisata di Kudus. Acara ini meningkatkan daya tarik kota sebagai destinasi wisata, terutama selama bulan Ramadan.
Pengembangan Infrastruktur
Untuk mendukung acara ini, sering kali terdapat perbaikan dan pengembangan infrastruktur lokal yang dapat bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
4. Pelestarian Tradisi
Menjaga Warisan Budaya
Dengan terus melaksanakan Dandangan, masyarakat Kudus memastikan bahwa tradisi dan kebiasaan budaya yang berharga tetap hidup dan dikenang oleh generasi mendatang.
Pendidikan dan Kesadaran
Dandangan juga berfungsi sebagai sarana untuk mendidik masyarakat dan pengunjung tentang sejarah serta nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini.
Pelaksanaan Tradisi Dandangan di Kota Kudus
Sampai saat ini, tradisi Dandangan di Kota Kudus masih dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Lokasi Dandangan berpusat di Jalan Menara Kudus, membentang ke jalan-jalan di sekitarnya, ke selatan hingga alun-alun Simpang Tujuh dan ke utara hingga Pasar Jember (Jalan Kudus-Jepara). Menurut cerita Bapak Abdul Basyar, salah seorang warga Kudus, tradisi Dandangan ini awalnya dilakukan untuk mendengar suara bedug di Masjid Menara Kudus yang konon kabarnya dapat berbunyi sendiri (tanpa dipukul) saat menjelang Ramadan. Dari suara bedug yang berbunyi “dang! dang!” inilah asal-muasal nama Dandangan.
Aktivitas Dandangan mirip dengan pasar malam yang biasa terdapat di daerah-daerah lain di Indonesia. Hanya saja, kegiatan ini berlangsung selama beberapa minggu sebelum datangnya bulan Ramadan dengan jumlah pedagang yang sangat banyak dan beragam, baik itu pedagang yang menawarkan barang ataupun jasa. Barang-barang atau produk yang ditawarkan sangat beragam di antaranya pakaian, sepatu dan sandal, perhiasan, furnitur, hasil kerajinan, mainan anak-anak, dan berbagai jenis makanan.
Menurut keterangan Plt Dinas Dagsar Sudiharti yang dikutip dari surat kabar online murianews.com, ia menuturkan bahwa para pedagang yang menjajakan dagangannya dalam perayaan tradisi Dandangan yang diadakan pada 26 Mei hingga 5 Juni 2016 berjumlah sekitar 460 pedagang. Beberapa di antaranya berasal dari pelaku UMKM se-Jateng.
Ia menambahkan, selain diramaikan UMKM se-Jateng, tradisi Dandangan juga bakal ditutup dengan kegiatan kirab Dandangan yang akan dilangsungkan pada 5 Juni 2016. Saat itu diumumkan bahwa keesokan harinya, tanggal 6 Juni 2016, puasa Ramadan sudah dimulai. Kegiatan kirab ini, menurut Kabid Pariwisata Pada Disbudpar Dwi Yusi Sasepti yang juga dikutip dari koran online murianews.com, menonjolkan budaya Kudus dan juga kegiatan seputar Kudus.
Dandangan bukan hanya sekedar pasar malam, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga Kudus dan sekitarnya. Tradisi ini mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong yang kental, serta menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk merasakan kemeriahan menjelang bulan suci Ramadan. Dandangan juga memberikan dampak ekonomi yang positif, terutama bagi para pedagang dan pelaku UMKM yang turut meramaikan acara ini. Dengan berbagai kegiatan yang melibatkan banyak pihak, Dandangan berhasil mempertahankan tradisi lama sembari menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Kesimpulan
Tradisi Dandangan di Kota Kudus merupakan sebuah perayaan yang tidak hanya melibatkan kegiatan ekonomi, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga dan meneruskan warisan budaya. Perayaan ini, yang berlangsung setiap tahun menjelang bulan Ramadan, berpusat di sekitar Masjid Menara Kudus dan menyebar ke area sekitarnya, menjadi pasar malam yang meriah dan beragam. Nama "Dandangan" sendiri diambil dari bunyi bedug yang menjadi simbol penting dalam acara ini.
Faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan Dandangan meliputi sejarah dan warisan budaya, kegiatan ekonomi, serta partisipasi komunitas. Sejarah panjang Dandangan sebagai tempat berkumpulnya santri dan pelaksanaan pasar malam menjadikannya sebagai salah satu acara yang memiliki nilai historis dan simbolis. Dari segi ekonomi, tradisi ini memberikan manfaat signifikan bagi pedagang dan pelaku UMKM, sementara aktivitas kirab dan festival menambah daya tarik acara tersebut. Keterlibatan komunitas dan partisipasi masyarakat memperkuat rasa kebersamaan serta pelestarian budaya.
Manfaat yang diperoleh dari Dandangan mencakup dampak positif terhadap ekonomi lokal, penguatan keterhubungan sosial, promosi pariwisata, dan pelestarian tradisi. Dandangan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian dengan membuka peluang bagi pedagang, memperkuat jaringan sosial masyarakat, serta memperkenalkan Kudus sebagai destinasi wisata budaya. Melalui pelaksanaan acara ini, masyarakat Kudus tidak hanya merayakan kedatangan bulan suci Ramadan tetapi juga berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang berharga bagi generasi mendatang.
Dengan demikian, Dandangan bukan hanya sekadar pasar malam menjelang Ramadan, tetapi juga merupakan sebuah perayaan budaya yang memiliki nilai historis dan sosial yang mendalam. Pelaksanaan dan pelestarian tradisi ini memastikan bahwa warisan budaya Kudus tetap hidup dan berlanjut, sekaligus memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat dan ekonomi lokal.
Comments