Konversi Agama
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Agama
Dosen Pengampu : Dr. H. Fathul Mufid, M.S.I
Disusun oleh :
Aini Nasikatuz Zahro (2030210057)
Anggita Putri Saskiya (2030210075)
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN KUDUS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk yang hidup di dunia, manusia tidak akan terlepas dari masalah. Dari berbagai masalah yang dihadapi, tidak jarang menyebabkan seseorang mengalami goncangan batin yang membuat mereka putus asa. Oleh karena itu, manusia akan berusaha mencari pegangan atau ide baru, agar dia dapat merasakan ketenangan jiwa. Kembali kepada Tuhan adalah jalan yang membuat hidup terasa berarti dan terarah, karena hakikatnya tidak ada manusia yang dapat hidup tenang tanpa tuntutan sebuah agama.
Dewasa ini, banyak manusia yang sudah memeluk sebuah agama, kemudian mengganti agamanya dengan kepercayaan yang lain karena merasa tidak tenang, aman, damai, dan tidak mendapat kebahagiaan jiwa. Hal itulah yang menyebabkan munculnya istilah konversi agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konversi agama ?
2. Bagaimana faktor-faktor penyebab konversi agama ?
3. Siapa tokoh yang mengalami konversi agama ?
4. Bagaimana proses terjadinya konversi agama ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian konversi agama
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konversi agama
3. Untuk mengetahui tokoh yang mengalami konversi agama
4. Untuk mengetahui proses terjadinya konversi agama
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konversi Agama
Konversi berasal dari bahasa Inggris yaitu conversion yang berarti “berlawanan arah”. Kemudian konversi dapat diartikan sebagai sesuatu proses terjadinya perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan (agama) yang semula. Secara umum, konversi agama dapat diartikan sebagai suatu pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran agama dan tindakan agama.
Secara terminologi, konversi agama memiliki beberapa pengertian, di antaranya menurut Thouless, konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Menurut kata “convertion” dalam bahasa Inggris berarti “masuk agama.” Sementara Max Heirich mendeskripsikan konversi agama adalah tindakan seseorang atau kelompok orang yang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan yang sebelumnya
Lebih jelas dan tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT. secara mendadak, telah terjadi yang mungkin saja sangat mendalam dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut berangsur-angsur. Para psikolog agama berpendapat bahwa terjadinya konversi agama merupakan suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang memberi pengertian adanya perubahan arah yang sangat berarti dalam sikap terhadap ajaran agama ataupun dalam tingkah laku agama.
Dalam pandangan teologi Islam menyebutkan konversi agama dalam arti keluar dari Islam dengan sebutan murtad atau kafir. Murtad adalah seseorang yang keluar dari ikatan agama Islam, baik dengan bentuk niat, ucapan atau prilaku yang dapat dikategorikan memutus tali Islam, seperti niat keluar dari Islam, mengatakan Allah SWT adalah salah satu dari tiga tuhan (teologi trinitas), menghalalkan sesuatu yang menurut consensus ulama (ijma’) adalah haram atau sebaliknya, bersujud kepada berhala, beri’tikad bahwa alam ini adalah qadim (terdahulu), menginjak atau membuang al-Qur’an ketempat-tempat hina atau kotoran seperti yng dilakukan oleh sebagian orang-orang.
Konsekuensi dari murtad atau keluar dari agama Islam adalah meleburnya segala amal ibadah yang sudah pernah dia lakukan semasa masih memeluk Islam, jika nantinya dia mati dalam keadaan murtad. Bahkan murtad juga dapat melebur pahala amal tersebut meskipun sebelum mati dia sudah ke pelukan Islam kembali. Begitulah penegasan hukum dalam lingkungan madzab Syafi’i.
Sedangkan menurut madzab Hanafi, apabila seorang yang murtad telah kembali masuk Islam, maka selain pahala amalnya terhapus dia juga harus mengulang kembali amal kewajiban ibadahnya, seperti shalat, puasa dan lainlain yang sudah pernah dilakukannya saat masih beragama Islam. Karena selain pahalanya sirna, semua amal-amal yang pernah dilakukannya juga terhapus dan wajib diulang kembali.
B. Faktor-faktor Penyebab Konversi Agama
Secara psikologis yang mendorong terjadinya konversi agama dapat dikelompokkan kepada dua faktor utama, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Intern
Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan ia berpindah agama. Dalam hal ini, Jalaluddin mengatakan faktor internal yang ikut mempengaruhi konversi agama , antara lain :
a. Faktor Kepribadian
Secara psikologis, tipe kepribadian tertentu akan dapat mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. , James dalam suatu penelitiannya sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin mengatakan bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan yang lebih mendalam pada diri seseorang dapat dengan mudah terjadinya konversi agama pada diri seseorang.
b. Faktor Pembawaan
Pada dasarnya, faktor pembawaan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya konversi agama pada diri seseorang. Menurut hasil penelitian Guy E. Swansean, sebagaimana disimpulkan oleh Jalaluddin bahwa adanya semacam kecenderungan urutan kelahiran sangat mempengaruhi terjadinya konversi agama pada diri seseorang, di mana anak sulung dan anak bungsu tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada keduanya sering mengalami stres kejiwaaan
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat pada luar diri seseorang yang menyebabkan ia berpindah agama. Dalam hal ini, Jalaluddin mengatakan ada beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi terjadinya konvensi agama. Jalaluddin mengatakan ada 5 (lima) faktor, antara lain:
a. Keluarga
Faktor keluarga ini bisa jadi disebabkan oleh keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama dalam satu keluarga itu sendiri, kesepian, tidak mendapatkan pengakuan dari kaum kerabat dan sebagainya. Kondisi demikian menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin, sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan atau tempat tinggal juga bisa menyebabkan terjadinya konversi agama. Karena orang yang merasa terlempar atau tersingkir dari lingkungannya, sehingga merasa dirinya hidup sebatang kara. Kondisi demikian menyebabkan seseorang akan mendambakan ketenangan dan mencari tempat bergantung, sehingga kegelisahan batinnya dapat segera hilang. Pada saat kondisi seperti itulah akan mudah terjadinya konversi agama bagi seseorang.
c. Perubahan Status
Perubahan status terutama yang terjadi secara mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama. Misalnya, perceraian, jatuh pailit (kemiskinan), perubahan pekerjaan dan sebagainya.
d. Kemiskinan
Kondisi sosial yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama. Masyarakat awam yang miskin cenderung memeluk agama yang dianggap dapat menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Dengan kata lain, faktor kemiskinan sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya konversi agama pada diri seseorang untuk berpindah kepada kepercayaan lain, bila kebutuhan pokok tidak tercukupi.
e. Pendidikan
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama juga dapat dipengaruhi oleh kondisi pendidikan seseorang. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumen bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konvensi agama, namun dengan berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan juga. Dalam hal ini, katakanlah peranan Departemen Agama secara tidak langsung mengantisipasi terjadinya konvensi agama pada diri seseorang muslim.
C. Tokoh yang mengalami Konversi Agama
a. Al Ghazali
Kisah Imam al-Ghazali adalah contoh dalam konversi pengertian berubah pandangan terhadap agamanya. Sebelumnya, ia hidup di tengah kemakmuran, kemegahan, dan kemuliaan duniawi yang telah dicapainya. Ia kemudian berubah dengan menjalani kehidupan zuhud dan uzlah (mengasingkan diri) untuk melakukan ibadah kepada Allah. Keadaan yang dialami Imam Ghazali ini merupakan konversi agama, dimana terjadi perubahan pandangan dan pendirian terhadap agama yang dianutnya. Sebelumnya, al-Ghazali berpendirian bahwa sebagai guru besar di Universitas merupakan kebesaran dan kemuliaan yang dicapainya sendiri. Akan tetapi pandangan ini kemudian dikoreksinya sendiri dan kemudian berpaling sepenuhnya menuju kehidupan sufistik dengan meninggalkan segala kemegahan dunia.
b. Umar Bin Khattab
Umar bin Khattab adalah pribadi yang kuat, berani, dan sangat membela adat kebiasaan kaumnya, beliau pada masa itu ditakuti karena kerap kali mengganggu pengikut Rasulullah, hal ini diperparah dengan adiknya yang masuk agama islam. Umar kemudian datang ke rumah adiknya yang saat itu tengah mengaji kemudian marah mengapa mereka masuk islam, namun ketika Umar melihat dan mendengar lantunan ayat suci alquran beliau kemudian menemui Rasulullah dan menyatakan masuk islam. Setelah Umar masuk islam beliau selalu mengikuti rasulullah dalam berdakwah bahkan beliau ditunjuk sebagai khalifah dalam memimpin umat islam.
D. Proses Terjadinya Konversi Agama
Pada dasarnya, proses konversi agama yang terjadi pada diri seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh berlainan sebab yang mendorongnya serta bermacam pula tingkatannya. Dalam hal ini, Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya tentang proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh kejiwaan yang terjadi melalui lima tahap, yaitu:
a. Masa Tenang
Di saat itu kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadinya sikap apriori terhadap agama, keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tenteram.
b. Masa Ketidaktenangan
Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin dikarenakan oleh suatu krisis, musibah atau perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini menimbulkan semacam keguncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga mengakibatkan terjadi keguncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik putus asa, ragu dan bimbang. Perasaan seperti itu akan menyebabkan orang menjadi lebih sensitif. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
c. Masa Konversi
Tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin telah mengalami telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk Ilahi. Karena di saat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.
d. Masa Tenang dan Tentram
Masa tenang dan tenteram yang kedua ini berbeda dengan tahab sebelumnya. Jika tahap pertama keadaan itu dialami karena sikap acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketenteraman pada tahap ketiga ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.
e. Masa Ekspresi Konversi
Sebagai ungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakini tadi, maka tidak tunduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilihnya. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konversi agama merupakan tindakan seseorang atau sekelompok orang yang menyatakan pindah atau berubah agama, baik perubahan terhadap agama orang lain berarti ia pindah/masuk agamalain, maupun perubahan itu terjadi dalam agama yang dianutnya, berarti semakin membaik penghayatan dan pengamalannya terhadap agamannya. Terjadinya konversi agama pada seseorang bisa terjadi secara mendadak atau secara bertahap.
Faktor pendorong terjadinya konversi agama disebabkan adanya energi jiwa yang menguasai pusat kepribadian seseorang yang memunculkan berbagai persepsi baru dalam bentuk ide-ide yang direalisasikan dalam hidupnya. Selain itu terjadinya konversi agama pada seseorang disebabkan pengaruh dari faktor intern dan faktor ekstern. Proses terjadinya konveresi agama pada seseorang melalui berbagai tahapan yang harus dilalui oleh setiap orang yang melakukannya, adapun proses yang ditempuh seseorang dalam melaksanakan konversi agama adalah masa tenang, masa ketidak-tenangan, peristiwa konvesi agama, masa tenang/ tenteram dan terakhir masa ekspresi konversi agama dalam hidupnya, pada tahap ini mereka beramal dan beribadah hanya ingin berbakti dan mengabdi kepada sang Khalik.
B. Daftar Pustaka
Daradjat, Zakiah. (1991). Psikologi Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Jalauddin. (2002). Psikologi Agama. Cet. 6, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Aryani Sekar Ayu, Al ghazali dan Konversinya ke Sufi, Yogyakarta: Tesis, 1994
lahi Kurnial, Jamaluddin Rabain,2017.
Comments