Syekh Ahmad Mutamakkin, yang juga dikenal dengan nama Mbah Cebolek, adalah seorang faqih yang sangat dihormati karena pemahamannya yang mendalam dan luas dalam agama. Beliau memiliki reputasi sebagai seorang guru besar agama yang berdedikasi dalam berdakwah, dan perjalanan dakwahnya membawanya dari satu tempat ke tempat lain yang menurutnya merupakan sasaran yang tepat.
Dalam perjalanan dakwahnya, Syekh Ahmad Mutamakkin memperhatikan keragaman bahasa dan budaya penduduk di beberapa tempat yang berbeda di pantai utara Jawa. Sebelum memilih lokasi untuk berdakwah, beliau selalu melakukan pertimbangan dengan cermat. Syekh Ahmad Mutamakkin memahami bahwa untuk berhasil dalam dakwah, sangat penting untuk memahami dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya dan bahasa yang ada di masyarakat yang ia tuju. Dengan demikian, beliau dapat menyampaikan pesan agama dengan lebih efektif kepada orang-orang di berbagai daerah yang berbeda tersebut.
Riwayat Hidup
Lahir
Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen lahir sekitar tahun 1645 Masehi di desa Cebolek, Tuban, Jawa Timur. Desa Cebolek ini kini dikenal sebagai desa Winong. Kelahirannya menjadi awal dari perjalanan spiritual dan intelektualnya yang menginspirasi banyak orang selama masa hidupnya. Sejak masa kecilnya, Syekh Ahmad Mutamakkin menunjukkan bakat dan ketertarikan dalam bidang agama, dan kelak beliau akan menjadi seorang figur penting dalam dunia agama di daerah tersebut.\
Menurut KH Abdurrahman Wahid, Syeikh Ahmad Mutamakkin memiliki asal-usul yang menarik dan agak kompleks. Menurutnya, Syeikh Ahmad Mutamakkin berasal dari Persia (Zabul) di provinsi Khurasan, Iran Selatan. Namun, masyarakat setempat di Jawa memiliki keyakinan yang berbeda. Mereka menganggapnya sebagai bangsawan Jawa.
Sejarah lokal memberikan perspektif yang berbeda. Menurut catatan sejarah lokal, Syeikh Ahmad Mutamakkin memiliki garis keturunan yang terhormat di Jawa. Dari garis keturunan ayahnya, beliau dikatakan merupakan keturunan Raden Patah, Raja Demak yang terkenal. Raden Patah adalah sosok yang penting dalam sejarah Jawa, dan keturunan dari dinasti Demak ini dikenal sebagai keluarga bangsawan.
Sementara itu, dari garis keturunan ibunya, Syekh Ahmad Mutamakkin dikaitkan dengan Sayyid Ali Bejagung Tuban di Jawa Timur. Sayyid Ali Bejagung Tuban adalah sosok yang dianggap memiliki keturunan yang mulia dalam konteks agama. Putra Sayyid Ali Bejagung Tuban, yaitu Raden Tanu, memiliki seorang putri yang kemudian menjadi ibu dari Syekh Ahmad Mutamakkin.
Sejarah keluarga dan asal-usul Syekh Ahmad Mutamakkin ini mencerminkan keragaman budaya dan keturunan yang sering ditemukan dalam masyarakat Jawa, yang sering kali memadukan elemen-elemen lokal dengan pengaruh dari luar.
Diyakini bahwa Syeikh Ahmad Mutamakkin memiliki garis keturunan yang sangat menarik dalam sejarah Jawa. Salah satu keyakinan yang tersebar adalah bahwa beliau adalah keturunan Raja Muslim Jawa, Jaka Tingkir. Jaka Tingkir adalah seorang tokoh sejarah yang dikenal sebagai pemimpin Demak Bintoro, sebuah kerajaan Islam yang berperang melawan Kerajaan Majapahit di masa lalu.
Selain itu, dalam silsilah keluarga Syeikh Ahmad Mutamakkin, terdapat keyakinan bahwa beliau adalah cicit dari Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Raja Brawijaya V adalah seorang raja terakhir dari Kerajaan Majapahit yang terkenal dalam sejarah Jawa. Kemudian, ayah dari Syeikh Ahmad Mutamakkin adalah bagian dari garis keturunan ini.
Dengan demikian, melalui keyakinan ini, Syeikh Ahmad Mutamakkin diyakini memiliki hubungan keturunan yang unik dan bersejarah dengan dua kerajaan besar dalam sejarah Jawa, yaitu Kerajaan Majapahit dan Demak Bintoro. Hubungan keturunannya ini memberikan kedalaman sejarah dan kehormatan pada peran serta beliau dalam agama dan budaya Jawa.
Sil-Silah Syeh Ahmad Mutamakin
Dari Nasab Ayah
Syeikh Ahmad Mutamakkin memiliki silsilah keturunan yang sangat kaya dan bersejarah. Ayahnya, Sumahadiwijaya, adalah seorang Pangeran Benowo II yang merupakan keturunan dari garis keturunan yang mulia. Silsilah keturunannya mencakup beberapa tokoh penting dalam sejarah Jawa dan Islam:
Ayah Syeikh Ahmad Mutamakkin, Sumahadiwijaya, adalah Pangeran Benowo II, yang merupakan putra dari Pangeran Benawa I Raden Hadiningrat, yang pada gilirannya adalah keturunan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Jaka Tingkir adalah tokoh penting dalam sejarah Demak Bintoro, sebuah kerajaan Islam yang memainkan peran kunci dalam sejarah Jawa.
Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya adalah cicit dari Ki Ageng Pengging, yang pada gilirannya adalah keturunan Ratu Pambayun, yang merupakan saudara perempuan dari Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir. Ini menunjukkan hubungan antara garis keturunan Syeikh Ahmad Mutamakkin dengan dua kerajaan besar dalam sejarah Jawa, yaitu Majapahit dan Demak.
Selain itu, ada keyakinan lain yang menyatakan bahwa Syeikh Ahmad Mutamakkin memiliki hubungan langsung dengan Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan ayahnya. Silsilahnya menunjukkan hubungan ini melalui serangkaian nama yang menghubungkan Syeikh Ahmad Mutamakkin dengan Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian, silsilah Syeikh Ahmad Mutamakkin mencerminkan warisan yang kaya dan sejarah yang dalam, menghubungkan beliau dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Jawa dan agama Islam serta dengan Nabi Muhammad SAW.
Dari Nasab Sayyid Alwi
Silsilah alternatif dari Syekh Ahmad Mutamakkin, yang dimulai dari Sayyid Alwy ke bawah, adalah sebagai berikut:
Syekh Ahmad Mutamakkin bin
Sumahadinegara bin
Sunan Benawa bin
Putri Sultan Trenggono, yang merupakan putri dari Sultan Trenggono, yang pada gilirannya adalah keturunan dari istri Raden Patah. Istri Raden Patah adalah putri Maulana Rahmat, yang merupakan putra dari Maulana Ibrahim. Maulana Ibrahim adalah keturunan Jamaluddin Husain, yang pada gilirannya adalah keturunan Sayyid Ahmad Syah.
Sayyid Ahmad Syah adalah keturunan dari Sayyid Abdullah, yang merupakan anak dari Sayyid Amir Abd al-Malik, dan seterusnya seperti yang tertera pada silsilah sebelumnya.
Silsilah ini memberikan perspektif yang berbeda tentang garis keturunan Syekh Ahmad Mutamakkin, dengan fokus pada hubungannya dengan Sultan Trenggono dan Raden Patah serta garis keturunan Sayyid Alwy yang kemudian menghubungkannya ke Nabi Muhammad SAW. Silsilah ini menunjukkan keragaman dalam keyakinan sejarah dan budaya masyarakat setempat.
Wafat
Syekh Ahmad Mutamakkin Kajen adalah seorang tokoh agama yang penting di Jawa. Ia mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk berdakwah dan memperluas pemahaman agama Islam di kalangan masyarakat. Namun, pada tahun 1740 Masehi, Syekh Ahmad Mutamakkin meninggalkan dunia ini dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Setelah kematiannya, jenazahnya dikebumikan dengan hormat di Kajen, Jawa Tengah. Tempat peristirahatan terakhir ini mungkin menjadi tempat yang kerap dikunjungi oleh pengikut dan pengagumnya untuk mengenang warisannya dalam agama dan budaya Jawa. Pemakamannya di Kajen adalah tanda penghormatan terhadap kontribusi besar yang telah diberikan oleh Syekh Ahmad Mutamakkin dalam menyebarkan ajaran agama Islam dan memperdalam pemahaman masyarakat sekitarnya.
Comments