MAKALAH ANALISIS WACANA STRUKTURAL Ferdian De Saussure

MAKALAH ANALISIS WACANA STRUKTURAL FERDINAND DE SAUSSURE Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Analisis Wacana Kritis Dosen Pengampu : Sofi Aulia Rahma, M.Pd. Disusun Oleh : Ikbal Fitriyanto (2030210059) Anisa Nurul Afifah (2030210070) M. Wahid Zumrudy (2030210076) PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2023 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wacana berdasarkan pandangan structural dipandang sebagai satuan bahasa di atas kalimat. Bahasa pada tataran ini sebagai organisasi bahasa yang terbentuk dari unsur-unsur yang lebih kecil pada tataran klausa dan kalimat. Pandangan struktural juga memandang wacana sebagai sebuah satuan bahasa yang lengkap, terbesar, dan tertinggi yang berada di atas kalimat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengertian wacana dalam konteks ini mengacu pada sebuah paragraf yang lengkap.Sebagai sebuah paragraf yang dianggap wacana tentu saja paragraf itu memiliki sebuah ide pokok (main ide) dan ide pendukung (supporting idea).Keduanya berkolaborasi merangkai pesan. Dengan cara demikian, pesan yang disampaikan dalam sebuah wacana terkemas dengan baik sehingga mudah dipahami dan pandangan ini dipahami sebagai lebih mengarah pada pandangan formal. Salah satu tokoh wacana struktural ialah Ferdinand de Saussure. Ia dikenal sebagai bapak dari Semiotica/Semiology serta salah satu teoritisi terpenting dalam ilmu linguistik. Selain itu Semiotika Saussure juga menjadi salah satu pencetus awal dari gerakan strukturalisme yang lahir di Perancis pada awal abad ke 20. Strukturalisme yang berawal dari ilmu linguistik ini kemudian dikembangkan juga ke ilmu-ilmu lainnya seperti Sosiologi, Psikologi, Anthropologi, dan lain-lain. Melihat besarnya pengaruh Semiotik Saussure ini maka menarik sekali untuk membahas Semiotika Saussure dan melihat akar strukturalisme dalam semiotika tersebut. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pemakalah dapat menentukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana biografi Ferdinand De Saussure? Bagaimana Analisis Wacana Struktural Frdinand De Saussure? Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pemakalah dapat menentukan tujuan menulis makalah sebagai berikut: Untuk mengetahui biografi Ferdinand De Saussure Untuk mengetahui Analisis Wacana Struktural Frdinand De Saussure BAB II PEMBAHASAN Biografi Ferdinand De Saussure Ferdinand de Saussure lahir di Jenewa, Swiss pada tanggal 26 November 1857. Ia merupakan anak dari Henri Louis Frederic de Saussure. Ayahnya adalah seorang ahli dalam bidang mineral, taksonomi, dan juga entomologi. Sejak berusia 14 tahun, Ferdinand de Saussure sudah mulai menunjukkan bakat serta berbagai kemampuan hebat yang dimilikinya. Ferdinand de Saussure memiliki mimpi untuk melanjutkan pendidikannya ke Gymnase de Geneve. Namun, mimpinya itu gagal karena terhalang oleh restu sang ayah. Ayah Ferdinand de Saussure menganggap bahwa putranya tersebut belum cukup dewasa untuk bersekolah di Gymnase de Geneve. Sang ayah justru mendaftarkan putranya itu ke College de Geneve. Beranjak dewasa, Ferdinand de Saussure mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswa di Universitas Jenewa. Selama satu tahun ia belajar tentang berbagai bahasa seperti Bahasa Latin, Sanskerta, serta Bahasa Yunani Kuno. Tak hanya belajar bahasa, ia juga mempelajari beragam program studi disana. Setelah itu, tepatnya pada tahun 1876, ia mulai bekerja di Universitas Leipzig. Setelah bekerja di Universitas Leipzig, ia pergi untuk belajar di Universitas Berlin selama 1 tahun lamanya. Disini ia mempelajari tentang Celtic bersama dengan Privatdozent Heinrich Zimmer. Ia juga mempelajari bahasa Sanskerta bersama dengan Hermann Oldenberg. Pada tahun berikutnya ia kembali ke Universitas Leipzig untuk melanjutkan pendidikannya sebagai doktor. Tepatnya pada bulan Februari tahun 1880, Ferdinand de Saussure berhasil meraih gelar doktornya. Tak lama setelah keberhasilannya itu, Ferdinand de Saussure memutuskan untuk pergi ke Universitas Paris. Disana ia memulai karir barunya sebagai seorang dosen. Di Universitas Paris, ia mengajar beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Sanskerta, Gotik, dan juga Bahasa Jerman tingkat tinggi. Pada tahun 1892, Ferdinand de Saussure kembali ke Jenewa untuk memenuhi panggilan sebagai profesor di Universitas Jenewa. Di Universitas Jenewa, ia mengajar mata pelajaran Bahasa Sanskerta dan Bahasa Indo-Eropa. Setelah mengajar cukup lama di Universitas Jenewa, Ferdinand de Saussure mulai membuka kursus tentang Linguistik Umum pada tahun 1907. Ferdinad De Saussure dikenal sebagai salah satu Bapak Linguistik Modern. Pemikiran-pemikirannya dipengaruhi oleh paham strukturalisme dan modernisme. Saussure juga merupakan salah satu tokoh pemikir tentang semiotika sebagai teori sastra. Ia memperkenalkan semiology yang mengkaji makna dari suatu tanda sebagai bagian dari sistem bahasa. Sebagai seorang pemikir, Saussure ini memiliki karya-karya. Karyanya yang pertama yakni sebuah buku yang berjudul Memoire sur le systeme primitif des voyelles dans les langues indo-europeennes. Buku ini ia terbitkan pada saat usianya menginjak 21 tahun. Salah satu buku linguistiknya yaitu Course de Linguistique Generale. Analisis Struktural Ferdinand De Saussure Pendekatan strukturalisme dalam bahasa adalah pendekatan yang melihat hanya struktur atau sistem bahasa (sinkronik) dengan mengabaikan konteks waktu, perubahan, dan sejarahnya (diakronik). Saussure dan strukturalisme secara umum, lebih banyak menaruh perhatian kepada struktur bahasa daripada pemakaian sebenarnya. Dalam konteks filosofis, strukturalisme berperan penting dalam meramu teori-teori pengetahuan yang berpusat pada wilayah bahasa maupun budaya. Oleh karenanya, epistemologi bahasa maupun budaya sangat inheren dalam merengkuh nilai-nilai kemanusiaan yang tercerabut pada wilayah interdisipliner. Begitu pun, ketika struktur pengetahuan membingkas unsur-unsur filosofis yang memanifestasikan subjek dan objek pengetahuan, sehingga memperkuat landasan filosofis yang dibangun dalam struktur karya maupun bahasa. Untuk itulah, ketika kita mengkaji gerakan pemikiran filsafat, maka yang perlu dikedepankan adalah membaca pemikirannya. Sehingga, memberikan acuan fundamental bagi kita untuk menginterpretasi gerakan pemikiran tersebut pada wilayah struktur karya maupun bahasa. Kata “semiotik” ini berasal dari Bahasa Yunani, yakni “simeon” yang berarti tanda. Sementara itu, kata “semiotika” juga dapat merupakan penurunan kata Bahasa Inggris, yakni “semiotics”. Nama lain dari semiotika adalah semiology. Kemudian, apabila dikaji secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tanda. Tanda itu sendiri dianggap sebagai suatu dasar konvensi sosial dan memiliki sesuatu (makna) tertentu. Ferdinand de Saussure dikenal sebagai Bapak Semiotika Modern yang membagi membagi relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified) berdasarkan konvensi yang disebut dengan signifikansi. Menurut Saussure, semiotika adalah kajian yang membahas tentang tanda dalam kehidupan sosial dan hukum yang mengaturnya. Beliau sangat menekankan bahwa tanda itu memiliki makna tertentu karena sangat dipengaruhi oleh peran bahasa. Bagi de Saussure tanda hanya bisa merepresentasikan sesuatu apabila si pembaca tanda memiliki pengalaman atas representasi tersebut. Ini menunjukkan bahwa antara komponen fisik dari tanda (gambar atau suara) dengan makna didalamnya sebenarnya tidak memiliki kaitan sama sekali atau bersifat arbitrer. Keduanya memiliki hubungan karena ada konsensus masyarakat yang menyepakati bahwa tanda-tanda tertentu bermakna tertentu pula. Ini menunjukkan konsensus masyarakat yang berperan besar dalam memberikan makna sebuah tanda. Konsep tanda yang arbitrer ini kemudian akan menjadi dasar bagi konsep semiotika Saussure paling penting, yaitu pembagian tanda menjadi penanda (signifier) dan petanda (signified). Saussure kemudian membagi pokok teori semiotik sebagai berikut. Objek: signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan yang arbitrari antara signifier dan signified juga berarti tidak ada konsep yang pasti dan universal. Kedua hal tersebut adalah entitas yang benar berbeda. Telaah bahasa: sinkronik dan diakronik. Sinkronik adalah studi mengenai sistem bahasa pada kondisi tertentu dengan mengabaikan waktu. Sedangkan diakronik adalah studi mengenai evolusi bahasa dalam setiap waktu. Kajian sinkronik bahasa dalam pemahaman ini hanya mencoba untuk melihat sistem dan struktur dari bahasa pada satu waktu tertentu. Kajian diakronik bahasa melihat bahasa dan makna sebagai suatu entitas yang terus berubah dan memiliki sejarah. Aspek bahasa: langue dan parole. Langue adalah sistem dari bahasa dimana individu mengasimilasikan bahasa yang ia dengar. Sistem gramatikal yang lahir dari lingkungan sosial individu tersebut. Parole adalah kombinasi darimana individu menggunakan kode dari sistem bahasa untuk mengekspresikan pemikiranya. Unsur Relasi Tanda: Sintalmatik dan Paradigmatik Menurut de Saussure, makna dihasilkan melalui proses seleksi dan kombinasi tanda di sepanjang poros (aksis) sintagmatis dan paradigmatis. Relasi Sintagmatis terjadi ketika tanda-tanda tidak bisa ditukarkan. (S+P) Relasi Paradigmatik terjadi ketika tanda-tanda dapat ditukarkan, karena meskipun memiliki makna yang berbeda tanda-tanda tadi masih berada dalam satu paradigma yang sama. BAB III PENUTUP Kesimpulan Ferdinand De Saussure yang dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern ini memiliki pemikiran-pemikiran yang di pengaruhi oleh paham strukturalisme dan modernisme. Ia juga merupakan salah satu tokoh pemikir tentang semiotika sebagai teori sastra. Berdasarkan teori semiotika nya, menurut Saussure, makna dihasilkan melalui proses seleksi dan kombinasi tanda di sepanjang poros (aksis) sintagmatis dan paradigmatis. Kritik dan Saran Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya. DAFTAR PUSTAKA Piliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Bandung: Jalasutra Fajriannoor Fanani, SEMIOTIKA STRUKTURALISME SAUSSURE. THE MESSENGER, Volume V, Nomor 1, Edisi Januari 2013 Rifda Arum. Pengertian Semiotika: Konsep Dasar, Macam, dan Tokoh Pencetusnya. Diakses pada tanggal 26 Maret 2023 https://www.gramedia.com/literasi/semotika/ Anin Asnidar. SEMIOTIK LAMBANG EMOJI PADA STATUS DAN KOMENTAR FACEBOOK MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA. Diakses pada tanggal 36 Marert 2023. https://osf.io/cmf5j/ Biografi Ferdinand de Saussure, Seorang Ahli Linguistik dari Swiss. Di akses pada tanggal 25 Maret 2023. https://www.pewartanusantara.com/biografi-ferdinand-de-saussure-seorang-ahli-linguistik-dari-swiss/ Ratna Agustin, Hakikat Analisis Wacana, 11 Juli 2018. Diakses pada tanggal 25 Maret 2023 http://ratnaagustin156124b.blogspot.com/2018/07/hakikat-analisis-wacana.html

Comments