MAKALAH
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT MORAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Moral
Dosen Pengampu : Dr. H. Fathul Mufid, M. S. I.
Disusun Oleh :
Risa Putri Rahmawati (2030210077)
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang adanya trend besar dimana-mana, bahwa orang semakin peduli pentingnya etika. Semacam kebangkitan etika terutama di Indonesia dalam setiap percakapan orang memberikan suatu evaluasi etis atau moral terhadap suatu kejadian atau perbuatan. Itu tidak etis, tindakannya pun tidak bermoral. Setiap orang merasa bahwa segala kehancuran, seperti tindakan kekerasan atau main hakim sendiri, terjadi karena orang melupakan nilai dan norma moral. Dan norma yang tidak diindahkan dalam tatanan pergaulan sosial.
Semangat dalam mengkaji sebuah disiplin ilmu sudah semestinya didahului dengan pengetahuan tentang asal kemunculan ilmu tersebut atau kajian secara historis. Hal ini dilakukan dengan tujuan proses pemahaman secara sistematis. Sehingga, kerancuan pemahaman dapat dihindari. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia semakin maju. Salah satu disiplin ilmu adalah di bidang filsafat. Salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari problematika kesusilaan dan moralitas manusia adalah filsafat moral atau yang biasa disebut dengan Etika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan . "Etika atau filsafat moral berhubungan dengan nilai-nilai dan konsep tentang seharusnya.
Franz Magnis Suseno , mengatakan bahwa secara historis Etika sebagai usaha Filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.
Yunani menjadi tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik ke dalam suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai bagian filsafat. Berkat pertemuannya dengan para pedagang dan kaum kolonis dan berbagai Negara, orang-orang Yunani yang sering mengadakan perjalanan ke luar negeri itu menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat berbagai macam kebiasaan, hukum, tata kehidupan, dan lain-lain . Di dalam tulisan ini, kami mencoba untuk memaparkan sejarah perkembangan Etika, dari sejak periode Yunani, periode abad pertengahan, periode Bangsa Arab, dan terakhir periode abad Modern.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pemakalah dapat menentukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat moral?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan filsafat moral?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pemakalah dapat menentukan tujuan menulis makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna filsafat moral
2. Untuk mengetahui sejarah filsafat moral
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Moral
Menurut Bertens kata moral yang berasal dari bahasa Latin Mos, yang dalam bentuk jamaknya mores yang juga berarti adat atau cara hidup. Kata etika dipandang sebagai bentuk sinonim dari kata moral. Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Kedua kata ini (etika dan moral) secara etimologis mempunyai makna yang sama yaitu kebiasaan atau adat. Oleh karena itu kedua kata itu bisa dipakai secara bergantian tanpa merubah arti untuk menerangkan ilmu atau filsafat mengenai tindakan manusiawi. Pembeda keduanya hanyalah berasal dari dua bahasa yang berbeda yaitu Latin dan Yunani.
Kata moral senantiasa mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, hal ini dapat dipahami manakala mendengar orang mengatakan, "perbuatannya tidak bermoral". Maksud dari ucapan ini adalah perbuatan tersebut dianggap buruk atau salah karena melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya, menyangkut apa yang baik dan buruk atau apa yang benar dan apa yang salah, ini berarti moral menyangkut nilai dan norma bagaimana cara seseorang bertingkah laku dalam hubungannya dengan orang lain agar seseorang itu menjadi manusia yang baik, yang bermoral sebagai manusia.
B. Sejarah dan Perkembangan Filsafat Moral
1. Periode Yunani
Franz Magnis Suseno , mengatakan bahwa secara historis Etika sebagai usaha Filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu. Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.
Yunani menjadi tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik ke dalam suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai bagian filsafat. Berkat pertemuannya dengan para pedagang dan kaum kolonis dari berbagai Negara, orang-orang Yunani yang sering mengadakan perjalanan ke luar negeri itu menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat berbagai macam kebiasaan, hukum, tata kehidupan, dan lain-lain .
Jejak-jejak pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Ia lahir pada tahun 570 SM di Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di Italia Selatan. Ia meninggal 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran murid yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun. Menurut mereka prinsip-prinsip matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut ajaran reinkarnasi. Menurut mereka badan merupakan kubur jiwa (soma-sema,”tubuh-kubur”). Agar jiwa dapat bebas dari badan, manusia perlu menempuh jalan pembersihan. Dengan bekerja dan bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika, manusia dibebaskan dari ketertarikan indrawi dan dirohanikan.
Seratus tahun kemudian, Demokritos (460-371 SM) bukan hanya mengajarkan bahwa segala apa dapat dijelaskan dengan gerakan bagian-bagian terkecil yang tak terbagi lagi, yaitu atom-atom. Menurut Demokritos nilai tertinggi adalah apa yang enak. Dengan demikian, anjuran untuk hidup baik berkaitan dengan suatu kerangka pengertian hedonistik.
Sokrates (469-399 SM) tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya tidak mudah direkonstruksi karena bagian terbesar hanya kita ketahui dari tulisan-tulisn Plato. Dalam dialog-dialog palto hampir selalu Sokrates yang menjadi pembicara utama sehingga tidak mudah untuk memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato sendiri. Melalui dialog Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis yang lebih jelas dengan menghadapkannya pada implikasi-implikasi anggapan-anggapannya sendiri. Dengan demikian, manusia diantar kepada kesadaran tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat. Dari kebiasaan untuk berpandangan dangkal dan sementara, manusia diantar kepada kebijaksanaan yang sebenarnya.
Plato (427 SM) tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama ditulis oleh Aristoteles (384 SM). Namun dalam banyak dialog Plato terdapat uraian-uraian bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksi pikiran-pikiran Plato tentang hidup yang baik. Intuisi daar Plato tentang hidup yang baik itu mempengaruhi filsafat dan juga kerohanian di Barat selama 2000 tahun. Baru pada zaman modern paham tentang keterarahan objektif kepada Yang Ilahi dalam segala yang ada mulai ditinggalkan dan diganti oleh pelbagai pola etika; diantaranya etika otonomi kesadaran moral Kant adalah yang paling penting. Etika Plato tidak hanya berpengaruh di barat, melainkan lewat Neoplatoisme juga masuk ke dalam kalangan sufi Muslim.
Disinilah nantinya jalur hubungan pemikiran filsafat Yunani dengan pemikir muslim seperti Ibn Miskawaih yang banyak mempelajari filsafat Yunani sehingga mempengaruhi tulisan-tulisannya mengenai filsafat etika. Setelah Aristoteles, Epikuros (314-270 SM) adalah tokoh yang berepengaruh dalam filsafat etika. Ia mendirikan sekolah filsafat di Athena dengan nama Epikureanisme , akan menjadi salah satu aliran besar filsafat Yunani pasca Aristoteles. Epikuros menasihatkan orang untuk menarik diri dari kehidupan umum, dalam arti ini adalah individualisme. Namun ajaran Epikuros tidak bersifat egois. Ia mengajar bahwa sering berbuat baik lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan. Bagi kaum Epikurean, kenikmatan lebih bersifat rohani dan luhur daripada jasmani. Tidak sembarang keinginan perlu dipenuhi. Ia membedakan antara keinginan alami yang perlu (makan), keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), dan keinginan sia-sia (seperti kekayaan).
2. Abad Pertengahan
Pada Abad pertengahan, Etika bisa dikatakan 'dianiaya' oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno .
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adlah benar. jadi manusia tidak perlu lagi bersusah - bersusah menyeliiki tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
Ahli - Ahli Filsafat Etika yang lahir pada masa itu, adalah panduan dari ajaran Yunani dan Ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyur adalah Abelard (1079-1142 SM). seorang ahli Filsafat Prancis. Dan Thomas Aquinus (1226-1270 SM), seorang ahli Filsafat Agama dari Italia .
3. Periode Bangsa Arab
Bangsa Arab pada zaman jahiliyah tidak mempuyai ahli - ahli Filsafat yang mengajak kepad aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus,Zeno,Plato, dan Aristoteles. Hal itu terjadi karena penyidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli - ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka .
Namun sejak kedatangan islam, agama yang mengajak kepada orang - orang untuk percaya kepada allah, sumber segala sesuatu di seluruh alam. Allah memberikan jalan kepada manusia jalan yang harus diseberangi. Allah juga menetapkan keutamaan seperti benar dan adil, yang harus dilaksanakanya, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat, sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya.
Jadi Bangsa Arab pada masa itu, telah puas mengambil etika dari agama dan tidak merasa butuh untuk menyelidiki mengenai dasar baik dan buruk. oleh karena itu, agama banyak menjadi dasar buku - buku yang dilukiskan di dalam etika. Seperti buku karya Al-Ghazali dan Al-Mawardi.
Penyidik Bangsa Arab yang terbesar mengenai Etika adalah Ibnu Maskawayh, yang wafat pada 421 H. dia mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran islam. Ajaran Aristoteles bnyak termasu dalam penyelidikan tentang jiwa .
4. Periode Modern
Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan mulai menyuburkan Filsafat Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu berkembang ke suluruh Eropa. Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru.
Discarles, seorang ahli Filsafat Prancis (1596-1650). termasuk pendiri Filsafat baru. Untuk ilmu pengetahuan, ia menetapkan dasar - dasar sebagai berikut :
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan nyata adanya. Dan apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja, wajib di tolak.
2. Di dalam penyelikidan harus kita mulai dari yang sekecil - kecilnya, lalu meningkat ke hal - hal yang lebih besar.
3. Jangan menetapkan seusatu hukum akan kebenaran suatu hal sehingga menyatakan dengan ujian .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar filsafat sangat penting. Karena dalam filsafat khususnya filsafat moral kita dapat menemukan nilai-nilai yang seharusnya diterapkan seorang individu dalam kehidupannya sebagai bagian dari masyarakat dan makhluk Tuhan.
Dengan belajar filsafat moral, kita mengetahui dalam suatu wilayah terdapat beberapa norma yang turun temurun ada dalam masyarakat dan harus ditaati. Perubahan zaman sangat mengikis perilaku baik individu sehingga mereka mengabaikan etika atau moral dari para leluhur mereka. Sudah selayaknya seseorang memahami dan menerapkan pentingnya mengaplikasikan etika dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmaddamin, 1975. Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang.
Ahmad Mahmud Shubhi, 1992, Filsafat Etika, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Franz Magnis Suseno, 1987, Erika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta: Kanisius.
H. A. Mustofa, 1999, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Virginia Held, 1991, Etika Moral; Pembenaran Tindakan Sosial, Jakarta: Penerbit Erlangga.
W. Poespoproddjo. 1999, Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek Bandung: Pustaka Grafika.
A.C.Ewing, 2003, Persoalan-Persoalan mendasar Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bertens.1993, Filsafat Etika: Gramedia Pustaka Utama.
Comments