Suasana Setelah Pemindahan Mbah Syamsul Hadi: Sejarah, Kisah Spiritual, dan Warisan Keilmuan di Kolutan
Suasana Setelah Pemindahan Mbah Syamsul Hadi: Sejarah, Kisah Spiritual, dan Warisan Keilmuan di Kolutan - Autiya Nila Agustina - Setiap tokoh ulama besar selalu meninggalkan jejak yang tidak sekadar berupa ilmu, tetapi juga pengalaman spiritual, warisan sosial, dan inspirasi perjuangan umat. Salah satu ulama karismatik dari Pati, Jawa Tengah, adalah KH Syamsul Hadi atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai Mbah Syamsul Hadi. Beliau merupakan sosok yang dihormati, bukan hanya karena keilmuan agamanya, melainkan juga karomah dan keteladanan hidup yang menjadi panutan santri serta masyarakat sekitar.
| Sumber Gambar: Suwito Nugroho |
Artikel ini mengulas kisah unik setelah wafatnya Mbah Syamsul Hadi, terutama peristiwa pemindahan makam beliau dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dukuh Kolutan ke kompleks pemakaman khusus di belakang Masjid Al-Mujahidin. Tidak hanya menceritakan fakta sejarah, tetapi juga menyinggung pengalaman spiritual para santri, peran keluarga dalam menjaga warisan beliau, hingga relevansi keberadaan pesantren Kolutan sebagai sumber ilmu di kawasan Jaken, Pati.
Biografi Singkat KH Syamsul Hadi
KH Syamsul Hadi lahir di tengah tradisi Islam Jawa yang kuat. Sejak muda beliau menekuni ilmu agama di pesantren tradisional, sehingga dikenal sebagai kiai yang mendalami Al-Qur’an, hadis, serta ilmu-ilmu syariah. Selain itu, beliau juga memiliki perhatian besar terhadap pendidikan dan pembinaan akhlak santri.
Mbah Syamsul Hadi menetap di Dukuh Kolutan, Desa Sumberejo, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati. Di wilayah inilah beliau mengabdikan diri untuk mendirikan pengajian, mengajarkan kitab kuning, sekaligus membina masyarakat agar semakin taat beribadah.
Nama beliau kian harum, bukan saja karena keilmuan, tetapi juga karena kesederhanaan hidup, keteguhan dalam berdakwah, dan sifat tawadhu. Tidak mengherankan jika selepas wafatnya, masyarakat tetap menjaga penghormatan, bahkan hingga pemindahan makamnya pun meninggalkan kisah yang sarat makna spiritual.
Pemakaman Awal dan Pemindahan Makam
Setelah wafat, jenazah KH Syamsul Hadi pertama kali dimakamkan di TPU Dukuh Kolutan. Namun, sesuai pertimbangan keluarga dan santri, setelah 40 hari pemakaman beliau dipindahkan ke area pemakaman khusus di belakang Masjid Al-Mujahidin.
Pemindahan ini bukan semata pertimbangan praktis, melainkan juga bagian dari penghormatan. Makam seorang ulama besar seyogianya berada di lingkungan masjid atau pesantren, agar santri dan masyarakat dapat lebih mudah berziarah sekaligus mengambil pelajaran dari beliau.
Peristiwa pemindahan ini dilakukan pada hari Jumat Pon, sebuah momentum yang dalam tradisi Jawa dianggap hari penuh berkah. Sejak saat itu, suasana pemakaman dan masjid sekitar mengalami perubahan yang menarik, termasuk lenyapnya gangguan jin yang kerap dialami santri.
Kisah Spiritual Saat Pemindahan
Salah satu kejadian paling menarik pada hari pemindahan makam adalah pengalaman putri beliau, Nyai Siti Khofsah. Saat mengikuti shalat Jumat di pawestren (bagian utara masjid), beliau tiba-tiba jatuh pingsan. Jamaah pun menjadi gaduh, sebagian membatalkan shalat untuk menolong, sementara yang lain melanjutkan shalat hingga selesai.
Setelah siuman, Nyai Khofsah bercerita bahwa ketika shalat dimulai, ia melihat sekelompok orang berjubah mendatangi makam Mbah Syamsul Hadi. Mereka tampak seperti para alim ulama atau sosok gaib yang sedang bertahlil. Salah satu di antara mereka menyentuhnya, membuat ia terjatuh dan pingsan.
Selama tidak sadarkan diri, ia menyaksikan kegiatan para "tamu gaib" itu hingga selesai. Barulah ia sadar kembali setelah dibawa ke rumah dan diberi minum air putih oleh Pak Kiai Abd Wahab.
Cerita ini semakin mempertegas keyakinan masyarakat bahwa Mbah Syamsul Hadi adalah wali Allah yang memiliki kedudukan istimewa. Kehadirannya tetap dijaga oleh para makhluk Allah, bahkan setelah wafat.
Hilangnya Gangguan Jin di Masjid
Sebelum pemindahan makam, santri yang mondok di sekitar Masjid Al-Mujahidin kerap mengalami gangguan gaib. Setiap malam ada saja kejadian aneh yang membuat para santri gelisah dan takut. Namun, sejak jenazah Mbah Syamsul Hadi dipindahkan ke kompleks belakang masjid, gangguan tersebut hilang sama sekali.
Hal ini diyakini sebagai karomah beliau. Keberadaan makam ulama besar tidak hanya membawa berkah spiritual, tetapi juga menenteramkan suasana sekitar. Santri bisa kembali belajar dengan tenang tanpa rasa takut.
Yayasan Keluarga KH Syamsul Hadi
Sejak tahun 1990, pengelolaan makam beliau dikelola secara resmi oleh Yayasan Keluarga KH Syamsul Hadi Sumberejo (YKSH) yang diketuai Kiai Ahmad Fadloli. Yayasan ini tidak hanya mengurus makam, tetapi juga mengadakan acara haul tahunan dan kegiatan keagamaan lainnya.
Haul pertama kali digagas sejak tahun 1974 oleh Kiai Abd Wahab, salah satu murid dan kerabat dekat beliau. Dari waktu ke waktu, acara haul semakin meriah. Tidak hanya keluarga besar, tetapi juga santri, masyarakat sekitar, bahkan tokoh-tokoh ulama dari berbagai daerah turut hadir.
Melalui YKSH, makam Mbah Syamsul Hadi dibangun lebih representatif. Area makam diperluas, akses jalan diperbaiki, dan fasilitas ziarah dipersiapkan agar lebih layak. Semua itu demi menjaga kehormatan beliau serta memudahkan umat Islam yang ingin berziarah.
Tradisi Haul sebagai Media Dakwah
Haul KH Syamsul Hadi bukan sekadar acara tahunan untuk mengenang wafatnya beliau, melainkan juga sarana dakwah dan pendidikan. Dalam acara tersebut biasanya diadakan:
- Pengajian Akbar dengan menghadirkan kiai-kiai besar.
- Tahlil dan doa bersama untuk mengirim pahala bagi beliau.
- Silaturahmi keluarga besar yang mempererat ikatan santri dan masyarakat.
- Kajian kitab kuning untuk menghidupkan tradisi intelektual pesantren.
Tradisi haul ini sekaligus menjadi momentum untuk mengingat kembali pesan-pesan beliau, terutama tentang pentingnya menjadikan Kolutan sebagai sumber ilmu di wilayah Jaken, Pati.
Pesan Mbah Syamsul Hadi: Kolutan sebagai Sumber Ilmu
Salah satu pesan penting yang selalu diingat adalah cita-cita Mbah Syamsul Hadi agar Kolutan menjadi pusat ilmu. Beliau ingin wilayah kecil ini berkembang menjadi tempat pendidikan Islam yang maju, di mana santri dari berbagai daerah dapat menimba ilmu.
Cita-cita ini kini mulai terwujud dengan semakin berkembangnya pesantren, majelis taklim, dan kegiatan keagamaan di Kolutan. Yayasan keluarga dan para penerus beliau terus berupaya mewujudkan visi itu agar doa dan harapan Mbah Syamsul Hadi menjadi nyata.
Warisan Sosial dan Pendidikan
Warisan terbesar Mbah Syamsul Hadi bukan hanya berupa makam yang diziarahi, tetapi juga sistem pendidikan yang beliau bangun. Santri-santri dididik untuk menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Hingga kini, banyak alumni pesantren Kolutan yang menjadi kiai, guru ngaji, maupun tokoh masyarakat di berbagai daerah. Mereka membawa nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan Mbah Syamsul Hadi, sekaligus menjadi bukti bahwa keberadaan seorang ulama dapat melahirkan generasi penerus yang berpengaruh.
Relevansi Bagi Generasi Muda
Bagi generasi muda muslim, kisah Mbah Syamsul Hadi mengajarkan beberapa hal penting:
- Menghormati ulama sebagai pewaris Nabi.
- Menjaga tradisi ziarah bukan sebagai bentuk kultus, melainkan sarana mengingat kematian dan meneladani perjuangan ulama.
- Melestarikan pendidikan pesantren agar Islam tetap terjaga dalam bingkai keilmuan dan akhlak.
- Menjadikan Kolutan sebagai pusat ilmu sesuai pesan beliau, dengan cara mendukung lembaga pendidikan Islam setempat.
Penutup
Kisah setelah pemindahan makam KH Syamsul Hadi memperlihatkan bahwa seorang ulama besar tetap hidup dalam hati umatnya. Peristiwa spiritual yang dialami Nyai Siti Khofsah, hilangnya gangguan jin, hingga berkembangnya tradisi haul, semuanya menjadi bukti betapa besar pengaruh beliau meski telah tiada.
Melalui Yayasan Keluarga KH Syamsul Hadi, cita-cita beliau agar Kolutan menjadi sumber ilmu Islam terus dilanjutkan. Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa warisan ulama tidak boleh berhenti hanya pada makam dan peringatan, melainkan harus diwujudkan dalam pendidikan, dakwah, dan pembinaan umat.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Comments