Kearifan Lokal dan Budaya Masyarakat Sekitar Kawah Ijen

 

Kearifan Lokal dan Budaya Masyarakat Sekitar Kawah Ijen - Autiya Nila Agustina - Kawah Ijen dikenal dunia sebagai salah satu destinasi wisata alam paling menakjubkan di Indonesia. Fenomena blue fire, danau kawah berwarna hijau toska, serta panorama pegunungan yang memukau, telah menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya.

Sumber Gambar: Tik Tok @devikumalax

Namun, di balik pesona alamnya, Kawah Ijen juga menyimpan kisah kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Mereka tidak hanya menjadi saksi dari keindahan Ijen, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan kearifan lokal yang memperkaya pengalaman wisata.


1. Kehidupan Para Penambang Belerang

Salah satu ikon budaya hidup di Kawah Ijen adalah para penambang belerang tradisional. Setiap hari, mereka mendaki jalur curam menuju kawah, mengambil bongkahan belerang, lalu memikulnya kembali ke Paltuding.

  • Berat pikulan: 60–90 kg.

  • Jarak tempuh: sekitar 3 km menanjak.

  • Pendapatan: rata-rata Rp 100.000 – Rp 150.000 per hari.

Meskipun pekerjaan ini penuh risiko—terpapar asap belerang, jalur licin, hingga beban berat—para penambang tetap melakukannya demi menghidupi keluarga. Bagi wisatawan, melihat langsung perjuangan ini memberikan perspektif berbeda tentang arti kerja keras dan keteguhan.


2. Tradisi dan Kehidupan Sosial

Masyarakat di sekitar Kawah Ijen, yang sebagian besar tinggal di wilayah Licin (Banyuwangi) dan Bondowoso, memiliki tradisi dan budaya yang masih dijaga.

  • Gotong Royong: kegiatan bersama membangun jalan, membersihkan desa, atau membantu saat ada acara besar.

  • Upacara Adat: beberapa masyarakat masih melakukan ritual sederhana untuk menghormati alam sebelum panen atau saat memulai aktivitas di gunung.

  • Kesenian Lokal: musik angklung caruk dan tari gandrung Banyuwangi sering dipertunjukkan untuk wisatawan, memperkenalkan kekayaan budaya daerah.

Tradisi ini menjadi daya tarik tambahan, karena wisatawan tidak hanya menikmati alam, tetapi juga bisa berinteraksi dengan budaya lokal.


3. Peran Masyarakat dalam Pariwisata

Dengan semakin berkembangnya Kawah Ijen sebagai destinasi internasional, masyarakat sekitar beradaptasi untuk ikut serta dalam sektor pariwisata.

  • Pengelolaan Homestay: banyak keluarga membuka homestay sederhana bagi backpacker dengan harga terjangkau.

  • Kuliner Lokal: warung-warung di Paltuding hingga desa sekitar menawarkan makanan khas Jawa Timur seperti pecel, rawon, hingga kopi Ijen yang terkenal.

  • Pemandu Wisata (Guide): pemuda setempat banyak yang bekerja sebagai pemandu, membantu wisatawan mendaki sekaligus memberikan informasi tentang sejarah, flora-fauna, dan kehidupan penambang.

  • Produk UMKM: masyarakat juga menjual souvenir, kerajinan tangan, dan kristal belerang yang diolah menjadi hiasan unik.


4. Nilai Kearifan Lokal: Harmoni dengan Alam

Bagi masyarakat Ijen, alam bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga sesuatu yang harus dijaga. Ada beberapa nilai kearifan lokal yang masih dipegang hingga kini:

  1. Menghormati gunung dan kawah. Sebagian masyarakat percaya bahwa gunung adalah ruang sakral yang tidak boleh diperlakukan sembarangan.

  2. Tidak serakah. Para penambang hanya mengambil belerang secukupnya sesuai kemampuan mereka.

  3. Berbagi rezeki. Tradisi saling membantu antarwarga tetap kuat, terutama di kalangan penambang.

  4. Menjaga kelestarian lingkungan. Meski masih terbatas, kesadaran menjaga hutan dan sumber air mulai tumbuh seiring pariwisata yang berkembang.


5. Dampak Pariwisata terhadap Masyarakat

Pariwisata di Kawah Ijen membawa dampak positif sekaligus tantangan bagi masyarakat sekitar.

  • Dampak Positif:

    • Membuka lapangan kerja baru di sektor pariwisata.

    • Peningkatan pendapatan masyarakat melalui homestay, kuliner, dan jasa transportasi.

    • Mendorong pelestarian budaya lokal karena semakin dikenal wisatawan.

  • Tantangan:

    • Ancaman komersialisasi budaya.

    • Perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern.

    • Persaingan usaha antarwarga.

Karena itu, diperlukan pengelolaan wisata yang berkelanjutan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat tanpa mengorbankan tradisi dan lingkungan.


6. Wisata Budaya: Menyapa Kehidupan Lokal

Bagi wisatawan, mengunjungi Kawah Ijen tidak hanya soal mendaki dan melihat blue fire. Ada pengalaman berharga ketika kita meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

  • Menginap di homestay lokal dan merasakan kehidupan desa.

  • Menikmati sajian kuliner tradisional langsung dari dapurnya.

  • Belajar tentang sejarah penambangan belerang.

  • Menyaksikan pertunjukan seni khas Banyuwangi.

Dengan begitu, wisatawan bisa mendapatkan pengalaman yang lebih lengkap: wisata alam sekaligus wisata budaya.


Kesimpulan

Kawah Ijen tidak hanya menyimpan keindahan alam, tetapi juga cerita kehidupan masyarakat yang penuh kearifan lokal. Para penambang belerang dengan kerja kerasnya, tradisi gotong royong yang masih terjaga, serta peran aktif dalam pariwisata, semuanya adalah bagian dari pesona Ijen yang sesungguhnya.

Berwisata ke Ijen bukan hanya soal mendaki dan memotret keindahan, melainkan juga tentang belajar dari masyarakat lokal yang mengajarkan arti kesederhanaan, keteguhan, dan harmoni dengan alam.

Comments