Hadis Mutawâtir: Pengertian, Macam-Macam, Hukum, dan Kitab-Kitabnya

Purwodadi - Grobogan - Hadis Mutawâtir: Pengertian, Macam-Macam, Hukum, dan Kitab-Kitabnya - Dalam kajian ilmu hadis, salah satu kategori hadis yang memiliki tingkat keautentikan tertinggi adalah hadis mutawâtir. Hadis ini dianggap sebagai hadis yang paling kuat dan tidak diragukan kebenarannya karena diriwayatkan oleh banyak perawi dalam setiap tingkatan sanadnya, sehingga kemungkinan terjadinya kebohongan atau rekayasa sangat kecil.


Hadis mutawâtir memiliki kedudukan istimewa dalam Islam karena dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan akidah, hukum, dan ajaran Islam lainnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian hadis mutawâtir, macam-macamnya, hukum hadis mutawâtir, serta beberapa kitab yang secara khusus mengumpulkan hadis-hadis jenis ini.


1. Pengertian Hadis Mutawâtir


Secara bahasa, kata mutawâtir berasal dari bahasa Arab التواتر (at-tawâtur), yang berarti berturut-turut atau berkesinambungan. Dalam ilmu hadis, hadis mutawâtir didefinisikan sebagai hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok besar perawi dalam setiap tingkatan sanadnya, dengan jumlah yang mustahil mereka bersepakat untuk berdusta.


Menurut para ulama hadis, sebuah hadis dapat dikategorikan sebagai mutawâtir jika memenuhi syarat berikut:


  • Diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap tingkatan sanadnya.
  • Mustahil ada kesepakatan dusta di antara para perawi tersebut.
  • Sanadnya bersambung tanpa adanya keterputusan.
  • Tersampaikan dalam bentuk lafaz yang sama atau memiliki makna yang serupa.




Contoh hadis mutawâtir yang terkenal adalah hadis tentang man kadhaba (ancaman bagi orang yang berdusta atas nama Nabi):


“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).


Hadis ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 sahabat Nabi, menjadikannya sebagai hadis mutawâtir yang tidak diragukan kebenarannya.


2. Macam-Macam Hadis Mutawâtir


Para ulama membagi hadis mutawâtir menjadi dua jenis utama:


a. Mutawâtir Lafzhi (لفظي)


Hadis mutawâtir lafzhi adalah hadis yang seluruh perawinya menyampaikan dengan lafaz (kata-kata) yang sama, tanpa ada perubahan dalam redaksinya.


Contoh:

Hadis tentang ancaman berdusta atas nama Nabi sebagaimana disebutkan sebelumnya:


“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.”


Hadis ini diriwayatkan oleh banyak sahabat dengan lafaz yang sama, sehingga masuk dalam kategori mutawâtir lafzhi.


b. Mutawâtir Ma’nawi (معنوي)


Hadis mutawâtir ma’nawi adalah hadis yang diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama.


Contoh:

Hadis tentang keutamaan mengangkat tangan saat berdoa. Dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa Nabi SAW sering mengangkat tangan ketika berdoa, meskipun redaksi hadisnya berbeda-beda. Namun, secara makna, hadis-hadis ini menunjukkan kesepakatan bahwa mengangkat tangan dalam doa adalah sunnah.


3. Hukum Hadis Mutawâtir


Hadis mutawâtir memiliki kedudukan tertinggi dalam hierarki hadis. Oleh karena itu, para ulama menetapkan beberapa hukum terkait hadis mutawâtir:


  • Hadis mutawâtir harus diterima dan diyakini kebenarannya tanpa perlu penelitian lebih lanjut mengenai sanadnya.



  • Hadis mutawâtir dapat dijadikan dalil dalam akidah. Berbeda dengan hadis ahad yang hanya digunakan untuk hukum fikih, hadis mutawâtir bisa menjadi dasar dalam hal keimanan dan keyakinan.



  • Menolak hadis mutawâtir bisa mengakibatkan kekufuran, karena menolak sesuatu yang sudah diketahui secara pasti berasal dari Rasulullah SAW.




4. Kitab-Kitab Hadis Mutawâtir


Beberapa ulama telah mengumpulkan hadis-hadis mutawâtir dalam kitab-kitab khusus. Berikut beberapa kitab penting yang memuat hadis mutawâtir:


1. “Nazm al-Mutanāthir min al-Hadīth al-Mutawātir” – Imam Jalaluddin as-Suyuthi


Kitab ini secara khusus mengumpulkan hadis-hadis mutawâtir dan membuktikan bahwa hadis-hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak perawi dalam setiap tingkatan sanad.




2. “Al-Azhar al-Mutanāthirah fi al-Akhbār al-Mutawātirah” – Imam as-Suyuthi


Kitab ini juga merupakan karya Imam as-Suyuthi yang membahas berbagai hadis mutawâtir dan mengelompokkan berdasarkan temanya.




3. “Qatf al-Azhār al-Mutanāthirah fi al-Akhbār al-Mutawātirah” – Imam Ibn al-Jawzi


Salah satu kitab yang mengumpulkan hadis-hadis mutawâtir dari berbagai sumber dan menjelaskan makna serta implikasinya dalam hukum Islam.




4. “Tawātur al-Hadīth” – Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani


Kitab ini membahas aspek teknis dari hadis mutawâtir dan bagaimana para ulama menilai hadis-hadis tersebut.





Kesimpulan


Hadis mutawâtir merupakan hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap tingkatan sanadnya sehingga mustahil terjadi kesepakatan untuk berdusta. Hadis ini terbagi menjadi mutawâtir lafzhi (lafaz sama) dan mutawâtir ma’nawi (makna sama). Kedudukan hadis mutawâtir sangat kuat dan wajib diterima dalam Islam, bahkan bisa menjadi dasar dalam akidah. Beberapa ulama telah menyusun kitab-kitab khusus yang mengumpulkan hadis-hadis mutawâtir, seperti karya Imam as-Suyuthi dan Ibn al-Jawzi.


Dengan memahami hadis mutawâtir, kita bisa lebih yakin terhadap ajaran Islam yang bersumber langsung dari Nabi Muhammad SAW dan memiliki tingkat keabsahan tertinggi.


Comments

Postingan Populer

Keuangan Islami: Konsep, Prinsip, dan Implementasi

Saat Gus Baha Kritik Pemikiran Aristoteles dan Plato Soal Konsep Tauhid

Hikmah Perintah Tasbih kepada Nabi Muhammad dalam Menghadapi Kaum Pembangkang menurut Gus Baha