Nilai Budaya dalam Tradisi Petik Laut Muncar Banyuwangi
Nilai Budaya dalam Tradisi Petik Laut Muncar Banyuwangi - Tradisi Petik Laut di Muncar, Banyuwangi, merupakan ritual tahunan masyarakat nelayan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah serta doa untuk keselamatan di lautan. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Muharram atau Suro dalam kalender Jawa dan telah menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat pesisir Muncar. Dalam tradisi ini, berbagai nilai budaya dapat ditemukan, mencerminkan kearifan lokal dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
![]() |
Sumber Gambar: A Rima Mustajab; ilustrasi gambar: Tradisi Petik Laut Di Banyuwangi |
1. Nilai Religius
Petik Laut memiliki unsur kepercayaan yang kuat, di mana masyarakat meyakini bahwa lautan memiliki kekuatan gaib yang harus dihormati. Ritual ini diawali dengan doa bersama di pesisir pantai dan di atas perahu yang telah dihias. Doa tersebut dipimpin oleh pemuka agama atau sesepuh adat yang meminta perlindungan dan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa. Nilai religius ini memperlihatkan bagaimana spiritualitas menjadi bagian dari kehidupan masyarakat nelayan.
2. Nilai Gotong Royong
Persiapan hingga pelaksanaan Petik Laut melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari nelayan, pemuka adat, hingga pemerintah daerah. Mereka bekerja sama dalam menghias perahu, menyiapkan sesaji, serta mengorganisir acara agar berjalan dengan lancar. Hal ini mencerminkan nilai gotong royong yang masih dijunjung tinggi di masyarakat Muncar, menunjukkan bahwa kerja sama dan solidaritas sangat penting dalam kehidupan sosial mereka.
3. Nilai Kearifan Lokal
Petik Laut mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan alam. Sesaji yang terdiri dari kepala kambing, nasi tumpeng, dan berbagai hasil bumi dilemparkan ke laut sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. Ritual ini mengajarkan bahwa manusia harus menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan, tidak mengeksploitasi sumber daya laut secara berlebihan, dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh alam.
4. Nilai Kebersamaan dan Identitas Budaya
Tradisi ini menjadi momen bagi masyarakat Muncar untuk berkumpul, berbagi kebahagiaan, dan mempererat hubungan sosial. Selain itu, Petik Laut juga menjadi identitas budaya yang membedakan Muncar dari daerah pesisir lainnya. Keunikan ritual dan kemeriahan acara menarik wisatawan serta peneliti budaya, yang pada akhirnya membantu melestarikan tradisi ini agar tidak punah.
5. Nilai Estetika
Keindahan dalam Petik Laut dapat dilihat dari perahu-perahu yang dihias dengan berbagai ornamen warna-warni serta pakaian adat yang dikenakan oleh peserta ritual. Selain itu, seni musik dan tarian daerah, seperti gandrung Banyuwangi, turut meramaikan acara, menciptakan suasana yang meriah sekaligus memperkaya nilai seni dalam tradisi ini.
Kesimpulan
Petik Laut Muncar bukan sekadar ritual syukuran, tetapi juga cerminan nilai-nilai budaya yang masih lestari di tengah modernisasi. Nilai religius, gotong royong, kearifan lokal, kebersamaan, serta estetika dalam tradisi ini memperlihatkan bahwa budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Dengan terus melestarikan Petik Laut, masyarakat Muncar tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat jati diri mereka sebagai komunitas yang menghormati alam dan tradisi.
Tradisi ini patut dipertahankan, tidak hanya untuk kepentingan budaya tetapi juga sebagai daya tarik wisata yang dapat memperkenalkan kearifan lokal Banyuwangi kepada dunia.
Comments