Meneruskan Gagasan al-Jabiri untuk Reformasi Pemikiran Islam

Grobogan - Purwodadi - Autiya Nila Agustina - Meneruskan Gagasan al-Jabiri untuk Reformasi Pemikiran Islam - Pemikiran Islam mengalami dinamika yang kompleks seiring dengan perubahan zaman. Salah satu pemikir Muslim yang berkontribusi dalam mereformasi cara berpikir umat Islam adalah M. Abid al-Jabiri. Gagasannya menekankan pentingnya rasionalisasi pemikiran Islam, kritik terhadap tradisionalisme yang stagnan, serta kebutuhan untuk membangun epistemologi Islam yang lebih adaptif. Dalam konteks dunia Islam saat ini, meneruskan gagasan al-Jabiri menjadi suatu keharusan agar umat Islam dapat menghadapi tantangan modernitas dengan pemikiran yang lebih segar dan relevan.


Mengapa Pemikiran al-Jabiri Masih Relevan?


Pemikiran al-Jabiri tetap relevan karena beberapa tantangan utama yang dihadapi dunia Islam saat ini masih berkaitan dengan persoalan yang pernah dikritiknya, seperti:


1. Stagnasi Pemikiran Keislaman

Banyak komunitas Muslim masih cenderung mempertahankan doktrin-doktrin klasik tanpa berusaha untuk mengkontekstualisasikannya dalam kehidupan modern. Dominasi metode berpikir bayani (tekstual) dan irfani (mistis) masih menjadi hambatan dalam pengembangan pemikiran Islam yang lebih rasional dan ilmiah.



2. Krisis Pendidikan Islam

Pendidikan Islam di banyak negara masih berorientasi pada hafalan dan taklid (mengikuti pendapat tanpa kritik), tanpa mendorong budaya berpikir kritis dan analitis. Al-Jabiri menekankan bahwa reformasi pendidikan Islam harus dilakukan dengan mengedepankan metode burhani (rasional dan ilmiah) agar dapat melahirkan generasi yang mampu berpikir mandiri dan inovatif.



3. Radikalisme dan Eksklusivisme dalam Beragama

Sikap menutup diri terhadap pemikiran baru sering kali melahirkan eksklusivisme, bahkan dalam beberapa kasus berujung pada radikalisme. Al-Jabiri mengajak umat Islam untuk membuka ruang dialog dan menafsirkan Islam dengan pendekatan yang lebih kontekstual, agar ajaran Islam tetap selaras dengan kebutuhan zaman.



4. Ketertinggalan dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Salah satu kritik utama al-Jabiri adalah bagaimana umat Islam saat ini masih tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia menekankan bahwa umat Islam harus kembali kepada semangat ilmiah yang pernah berkembang di era keemasan Islam, dengan cara mengintegrasikan ajaran Islam dengan metode ilmiah yang lebih rasional dan progresif.




Bagaimana Meneruskan Gagasan al-Jabiri?


Untuk meneruskan gagasan al-Jabiri dalam reformasi pemikiran Islam, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:


1. Mendorong Budaya Kritis dalam Studi Islam


Umat Islam harus mulai membiasakan diri dengan pemikiran kritis dalam memahami agama. Ini bukan berarti menolak ajaran Islam, tetapi justru menggali makna yang lebih dalam dan kontekstual dari ajaran tersebut. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui kajian tafsir yang lebih rasional serta memperkuat kajian filsafat Islam dalam sistem pendidikan.


2. Reformasi Pendidikan Islam


Salah satu langkah paling penting dalam meneruskan gagasan al-Jabiri adalah reformasi pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan Islam harus diperbarui dengan menambahkan pendekatan multidisipliner, yang mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu sosial, filsafat, dan sains. Dengan demikian, generasi Muslim masa depan akan lebih siap menghadapi tantangan zaman tanpa meninggalkan akar keislaman mereka.


3. Membangun Dialog antara Islam dan Modernitas


Umat Islam perlu membangun dialog dengan perkembangan zaman, bukan justru menjauhinya. Nilai-nilai Islam yang universal seperti keadilan, kesetaraan, dan kebebasan berpikir harus dipertahankan dalam diskusi global mengenai demokrasi, hak asasi manusia, dan ilmu pengetahuan. Al-Jabiri menekankan bahwa Islam harus mampu beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan jati dirinya.


4. Meneguhkan Islam sebagai Agama yang Ilmiah


Untuk keluar dari ketertinggalan intelektual, umat Islam harus kembali meneguhkan Islam sebagai agama yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Gagasan al-Jabiri tentang metode burhani (berbasis rasionalitas dan ilmu pengetahuan) harus menjadi landasan dalam memahami agama dan kehidupan sosial. Dengan mengedepankan metode ini, umat Islam tidak akan mudah terjebak dalam pemikiran dogmatis yang menghambat inovasi dan kreativitas.


Kesimpulan


Meneruskan gagasan M. Abid al-Jabiri bukan hanya sekadar mengadopsi kritiknya terhadap pemikiran Islam klasik, tetapi juga mengimplementasikan solusi yang ditawarkannya. Reformasi pemikiran Islam harus dilakukan dengan membangun budaya kritis, mereformasi pendidikan Islam, membuka ruang dialog dengan modernitas, dan meneguhkan Islam sebagai agama yang mendukung ilmu pengetahuan. Dengan cara ini, umat Islam dapat keluar dari stagnasi pemikiran dan kembali menjadi kekuatan peradaban yang progresif dan inovatif.


Jika kita ingin melihat Islam berkembang sesuai dengan semangat zaman tanpa kehilangan esensinya, maka sudah saatnya kita meneruskan perjuangan al-Jabiri dalam menciptakan pemikiran Islam yang lebih maju, rasional, dan relevan dengan kehidupan kontemporer.


Comments

Postingan Populer

12 Ulama Indonesia yang Pemikirannya Diakui Dunia

Hadis Shahih: Pengertian, Syarat, Macam, dan Tingkatannya

HTM, Rute, Dan Fasilitas Taman Kartini Rembang 2022