Kritik terhadap Dominasi Tradisionalisme: Problematika Pemikiran Islam Kontemporer
Grobogan, Jawa Tengah - Autiya Nila Agustina- Kritik terhadap Dominasi Tradisionalisme: Problematika Pemikiran Islam Kontemporer - Dalam diskursus pemikiran Islam kontemporer, salah satu tantangan terbesar adalah dominasi tradisionalisme yang menghambat perkembangan rasionalitas dan inovasi dalam memahami Islam. Tradisionalisme dalam konteks ini merujuk pada kecenderungan untuk mempertahankan warisan intelektual masa lalu secara dogmatis, tanpa membuka ruang bagi reinterpretasi atau rekonstruksi yang lebih sesuai dengan realitas zaman. M. Abid al-Jabiri, sebagai seorang pemikir kritis, menyoroti bagaimana tradisi intelektual Islam yang cenderung stagnan telah menyebabkan ketertinggalan umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan, politik, dan sosial.
Tradisionalisme dan Stagnasi Intelektual Islam
Tradisionalisme dalam Islam sering kali dikaitkan dengan sikap yang mengagungkan warisan masa lalu tanpa mempertimbangkan relevansinya dengan dunia modern. Hal ini tercermin dalam beberapa aspek berikut:
1. Metode Tafsir yang Dogmatis
Dalam banyak komunitas Muslim, metode tafsir masih didominasi oleh pendekatan tekstualis (bayani) yang menekankan pemahaman literal terhadap Al-Qur’an dan hadis. Pendekatan ini sering kali mengabaikan konteks historis, sosial, dan budaya dari teks-teks keagamaan, sehingga menghasilkan pemahaman yang kaku dan kurang adaptif terhadap tantangan zaman.
2. Dominasi Fiqh Tradisional
Fiqh Islam, yang seharusnya menjadi instrumen untuk menjawab permasalahan hukum dalam kehidupan Muslim, sering kali diperlakukan sebagai sesuatu yang statis. Banyak ulama lebih fokus pada taqlid (mengikuti pendapat ulama terdahulu) daripada melakukan ijtihad (pemikiran kreatif dan analitis) yang diperlukan untuk merespons perubahan sosial. Akibatnya, banyak aturan fiqh yang sudah tidak relevan tetap dipertahankan, meskipun tidak sesuai dengan kondisi sosial-politik modern.
3. Pendidikan Islam yang Monoton
Sistem pendidikan Islam di banyak negara masih berorientasi pada hafalan dan pengulangan teks klasik tanpa memberikan pelatihan berpikir kritis. Kurikulum pendidikan cenderung membatasi diskusi intelektual dan kurang mendorong siswa untuk mempertanyakan atau menafsirkan ulang ajaran Islam sesuai dengan kebutuhan kontemporer.
4. Penolakan terhadap Ilmu Pengetahuan Modern
Salah satu dampak dari dominasi tradisionalisme adalah sikap skeptis terhadap ilmu pengetahuan modern. Beberapa kelompok Islam masih melihat sains dan teknologi sebagai produk sekuler yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Padahal, dalam sejarah Islam, ilmuwan Muslim seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rushd justru mengembangkan sains dengan pendekatan yang harmonis dengan nilai-nilai Islam.
Kritik al-Jabiri terhadap Dominasi Tradisionalisme
M. Abid al-Jabiri menilai bahwa dominasi tradisionalisme dalam Islam harus dikritisi agar umat Islam dapat bergerak menuju pembaruan yang lebih rasional dan relevan. Kritik utama al-Jabiri terhadap tradisionalisme mencakup beberapa aspek berikut:
1. Reproduksi Tanpa Kritik terhadap Warisan Islam
Al-Jabiri menyoroti bahwa banyak pemikir Muslim hanya mereproduksi pemikiran ulama klasik tanpa melakukan evaluasi kritis. Ia menekankan bahwa tradisi keilmuan Islam harus dikaji ulang dengan mempertimbangkan aspek historis dan sosial agar lebih relevan dengan perkembangan zaman.
2. Ketergantungan pada Epistemologi Bayani
Menurut al-Jabiri, banyak ulama dan intelektual Islam masih bergantung pada epistemologi bayani (tekstualis), yang lebih mengutamakan otoritas teks daripada rasionalitas dan metode ilmiah. Ia mengusulkan agar umat Islam lebih mengembangkan pendekatan burhani (rasional) yang berbasis pada logika, argumentasi, dan pembuktian ilmiah.
3. Kurangnya Inovasi dalam Pemikiran Islam
Al-Jabiri menganggap bahwa tradisionalisme menghambat inovasi dalam pemikiran Islam. Ia menekankan pentingnya ijtihad dalam menghadapi tantangan global, serta mengajak umat Islam untuk mengembangkan metodologi baru yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman.
Solusi untuk Mengatasi Dominasi Tradisionalisme
Untuk mengatasi dominasi tradisionalisme dalam pemikiran Islam, diperlukan langkah-langkah strategis yang dapat mendorong pembaruan intelektual, antara lain:
1. Mengedepankan Ijtihad dan Rasionalitas
Umat Islam perlu menghidupkan kembali tradisi ijtihad dengan menggunakan pendekatan yang lebih rasional dan kontekstual. Pemikiran Islam harus berkembang dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan modern, filsafat, dan realitas sosial yang terus berubah.
2. Mereformasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pendidikan Islam harus diarahkan untuk melatih berpikir kritis dan analitis. Kurikulum harus mencakup studi multidisipliner yang mengajarkan sejarah pemikiran Islam, sains, filsafat, dan humaniora agar siswa dapat memahami Islam dalam konteks global yang lebih luas.
3. Mempromosikan Dialog antara Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam harus berinteraksi dengan ilmu pengetahuan modern secara konstruktif. Umat Islam perlu membuka diri terhadap perkembangan sains dan teknologi, serta mengembangkan pendekatan Islam yang lebih ilmiah dalam memahami realitas.
4. Mengembangkan Teologi Islam yang Inklusif dan Kontekstual
Pemikiran teologi Islam harus lebih terbuka terhadap perbedaan interpretasi dan lebih kontekstual dalam memahami nilai-nilai Islam. Islam harus mampu menawarkan solusi bagi masalah sosial, politik, dan ekonomi modern tanpa terjebak dalam fanatisme ideologis atau interpretasi yang kaku.
Kesimpulan
Dominasi tradisionalisme dalam pemikiran Islam kontemporer menjadi tantangan besar bagi umat Islam dalam menghadapi modernitas. M. Abid al-Jabiri mengajukan kritik tajam terhadap kecenderungan ini dan mengusulkan pendekatan yang lebih rasional, kritis, dan kontekstual dalam memahami Islam. Reformasi pemikiran Islam harus dilakukan dengan membuka ruang bagi ijtihad, mereformasi pendidikan Islam, dan mengembangkan interaksi yang konstruktif antara Islam dan ilmu pengetahuan modern. Dengan demikian, Islam dapat berkembang menjadi agama yang lebih dinamis, adaptif, dan relevan dengan tantangan zaman.
Comments