Ibnu Arabi dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam Modern

 Grobogan - autiya Nila Agustina - Ibnu Arabi dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam Modern - Ibnu Arabi atau dikenal pula sebagai Muhyiddin Ibn Arabi (1165–1240 M), merupakan salah satu tokoh sufi dan filsuf besar dalam tradisi Islam yang pemikirannya tetap relevan hingga masa kini. Ia dikenal luas karena konsep metafisikanya yang mendalam seperti Wahdatul Wujud (kesatuan eksistensi), serta pendekatan spiritual yang integral terhadap kehidupan dan ilmu pengetahuan. Pemikirannya yang bersifat multidisipliner—mencakup filsafat, teologi, tasawuf, hingga hermeneutika Qur’an—menawarkan kontribusi besar terhadap pendidikan Islam, khususnya dalam konteks modern yang kompleks dan dinamis.


Pemikiran Ibnu Arabi dalam Perspektif Pendidikan


Ibnu Arabi menekankan bahwa pengetahuan sejati (ma'rifah) hanya bisa diperoleh melalui kombinasi antara akal dan hati. Pendidikan tidak hanya bertujuan mencetak individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga yang sadar secara spiritual. Konsep ini penting dalam membentuk karakter murid yang utuh: cerdas, bijak, dan berakhlak mulia.


Ia juga menempatkan guru sebagai sosok pembimbing ruhani, bukan sekadar penyampai informasi. Hubungan antara murid dan guru dalam pandangan Ibnu Arabi adalah hubungan yang mendalam, penuh penghormatan, dan mengarah pada proses transformasi batin.


Relevansi dalam Pendidikan Islam Modern


Dalam era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan arus globalisasi, pendidikan sering kali cenderung terjebak pada aspek teknis dan materi. Di sinilah relevansi pemikiran Ibnu Arabi muncul:

  1. Pendidikan Holistik: Pemikiran Ibnu Arabi menegaskan perlunya pendekatan pendidikan yang tidak hanya mementingkan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan spiritual. Ini sejalan dengan konsep pendidikan karakter yang kini menjadi fokus di berbagai lembaga pendidikan Islam. 
  2. Integrasi Ilmu dan Spiritualitas: Ibnu Arabi mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan harus terhubung dengan nilai-nilai ilahiyah. Ini penting agar pendidikan tidak terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. 
  3. Pendidikan Inklusif dan Multikultural: Sebagai seorang sufi, Ibnu Arabi dikenal sangat toleran terhadap keberagaman. Ia menulis, "Hatiku telah menjadi tempat tinggal segala bentuk: biara bagi para rahib, kuil bagi berhala, Ka'bah bagi peziarah." Ini mencerminkan semangat inklusivitas yang sangat relevan dalam menghadapi realitas sosial keagamaan yang majemuk saat ini. 
  4. Peran Guru sebagai Murabbi: Dalam pendidikan Islam modern, guru diharapkan tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dan menjadi teladan. Konsep murabbi sebagaimana dihidupkan dalam pemikiran Ibnu Arabi memberikan inspirasi terhadap model pembelajaran yang mendalam dan transformatif.




Penutup


Pemikiran Ibnu Arabi bukan hanya bagian dari sejarah pemikiran Islam klasik, tetapi juga sumber inspirasi penting dalam membentuk sistem pendidikan Islam yang berorientasi pada pembentukan manusia paripurna. Dalam menghadapi tantangan zaman modern yang cenderung sekular dan materialistik, pendekatan spiritual dan filosofis Ibnu Arabi memberikan napas baru untuk membangun pendidikan Islam yang lebih bermakna, mendalam, dan manusiawi.

Comments

Postingan Populer

Hadits Arbain Nawawi Ke-5: Inovasi dalam Agama (Bid’ah) dan Bahaya

Hadits Arbain Nawawi Ke-2: Iman, Islam, dan Ihsan – Pelajaran dari Pertanyaan Malaikat Jibril

Mengenal Deep Learning: Konsep, Faktor Pendukung, dan Contoh Penerapannya