Teori Pendidikan Jawa Kuno: Konsep Siswa, Isi, dan Strategi Pembelajaran

 Teori Pendidikan Jawa Kuno: Konsep Siswa, Isi, dan Strategi Pembelajaran

Pendahuluan - Pendidikan dalam tradisi Jawa Kuno memiliki landasan filosofis yang kuat, berakar pada konsep spiritual dan nilai-nilai moral yang diwariskan secara turun-temurun. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pembentukan karakter dan pengembangan kesadaran individu. Dalam sistem pendidikan ini, siswa dianggap memiliki potensi bawaan yang harus digali dan dikembangkan melalui berbagai metode pembelajaran yang unik. Konsep ini menekankan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual guna menciptakan manusia yang bijaksana dan berakhlak mulia.

Siswa dalam Pendidikan Jawa Kuno

Pendidikan di kelas Magister Studi Islam IAIN Kudus 


Siswa dalam konsep pendidikan Jawa Kuno diyakini memiliki kemampuan potensial yang berasal dari pengalaman yang diperoleh dari kelahiran sebelumnya (reinkarnasi). Potensi ini mencakup karakter, kecerdasan, keterampilan, serta sifat bawaan lainnya. Karakter bawaan siswa terbagi menjadi tiga jenis utama: Sattwa, Rajah, dan Tamah.


1. Sattwa – Karakter stabil, tenang, dan damai.



2. Rajah – Karakter agresif, dinamis, dan penuh energi.



3. Tamah – Karakter lembam, malas, dan apatis.




Pendidikan bertujuan untuk mengarahkan siswa menuju karakter Sattwa, meskipun kesuksesan dalam pencapaian ini bergantung pada kesadaran bawaan masing-masing siswa. Dalam filsafat pendidikan Jawa Kuno, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan lainnya sudah ada dalam diri siswa sejak lahir. Oleh karena itu, peran pendidikan adalah membangkitkan potensi tersebut agar berkembang menjadi kemampuan yang nyata. Konsep ini berbeda dari teori tabula rasa, yang menyatakan bahwa manusia lahir tanpa potensi bawaan.


Isi Pendidikan: Softskill dan Hardskill


Materi pendidikan dalam filsafat Jawa Kuno terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu softskill dan hardskill.


1. Softskill


Softskill mencakup pembelajaran yang berhubungan dengan kesadaran, persepsi, dan perasaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sifat-sifat baik dalam diri siswa guna mencapai kebahagiaan tertinggi. Beberapa sifat yang perlu dikembangkan dalam diri siswa meliputi:


  • Cakap dalam pengetahuan dan kebijaksanaan.
  • Mengerti kepatutan dan ketidakpatutan.
  • Menghormati semua orang dan berbicara dengan lembut.
  • Berbelas kasih kepada mereka yang menderita.
  • Tidak serakah dan tidak mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.
  • Senantiasa bersyukur, tidak mudah bersedih, dan memiliki hati yang bersih.



2. Hard skill


Hardskill berkaitan dengan kemampuan berpikir logis dan teknis untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan duniawi. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, hardskill menjadi alat penting dalam meningkatkan peradaban manusia.


Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Jawa Kuno


Filsafat Jawa Kuno mengenal konsep sepuluh indera, di mana pikiran adalah pemimpin dari semua indera. Oleh karena itu, pikiran yang fokus dan tenang menjadi kunci keberhasilan dalam pembelajaran. Konsentrasi merupakan prasyarat utama agar proses belajar dapat berjalan efektif.


Salah satu metode utama untuk melatih konsentrasi adalah Samadi (meditasi). Melalui meditasi, siswa dapat melatih fokus dan ketenangan pikiran, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Dalam teori pendidikan Jawa Kuno, strategi pembelajaran juga menekankan kesinambungan informasi baru dengan ingatan dan persepsi yang telah ada dalam diri siswa.


Selain itu, terdapat tiga alat pengukur pengetahuan dalam filsafat pendidikan Jawa Kuno:


1. Pratyaksa Pramana – Mengetahui sesuatu melalui pengamatan langsung dengan indera (mirip dengan metode ilmiah modern).



2. Anumana Pramana – Mengetahui sesuatu dengan penyimpulan berdasarkan pengamatan langsung atau tidak langsung, menggunakan akal dan intuisi.



3. Agama Pramana – Mengetahui sesuatu berdasarkan teks suci atau doktrin yang tidak dapat diuji secara empiris, tetapi diterima sebagai bagian dari kepercayaan.




Kesimpulan


Pendidikan dalam filsafat Jawa Kuno memiliki pendekatan yang unik dalam memahami siswa, isi pendidikan, serta strategi pembelajaran. Konsep siswa sebagai individu dengan potensi bawaan menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses membangkitkan potensi yang telah ada. Dengan materi pendidikan yang mencakup softskill dan hardskill serta strategi pembelajaran berbasis meditasi dan kesinambungan informasi, filsafat pendidikan Jawa Kuno menawarkan pendekatan holistik yang masih relevan hingga saat ini.

Comments

Postingan Populer

Mengenal Deep Learning: Konsep, Faktor Pendukung, dan Contoh Penerapannya

Implikasi Deep Learning terhadap Kebijakan Pendidikan

Hadits Arbain Nawawi Ke-5: Inovasi dalam Agama (Bid’ah) dan Bahaya