Relevansi Pemikiran M. Abid al-Jabiri dalam Konteks Dunia Islam Saat Ini

Grobogan - Autiya Nila Agustina - Relevansi Pemikiran M. Abid al-Jabiri dalam Konteks Dunia Islam Saat Ini - Pemikiran M. Abid al-Jabiri tetap relevan dalam konteks dunia Islam saat ini, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang berkaitan dengan modernitas, demokratisasi, identitas keislaman, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Jabiri menekankan pentingnya rekonstruksi epistemologi Islam agar mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensi ajarannya. Gagasannya tentang rasionalisasi pemikiran Islam, kritik terhadap tradisionalisme yang stagnan, serta penekanan pada metode burhani (rasional) menjadi landasan penting bagi upaya reformasi intelektual Islam di era kontemporer.


1. Krisis Pemikiran Islam dan Kebutuhan akan Rasionalisasi


Di banyak negara Muslim, pemikiran Islam masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam menghadapi pengaruh modernitas dan globalisasi. Al-Jabiri melihat bahwa salah satu akar permasalahan ini adalah dominasi tradisionalisme yang menghambat kreativitas intelektual umat Islam. Kritiknya terhadap epistemologi bayani (tekstual) dan irfani (mistis) menjadi relevan dalam konteks ini, karena banyak masyarakat Muslim masih terjebak dalam pemikiran dogmatis yang membatasi perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi sosial.


Pemikiran al-Jabiri dapat menjadi acuan dalam membangun paradigma Islam yang lebih adaptif dan progresif. Dengan menekankan metode burhani (rasional dan ilmiah), umat Islam dapat mengembangkan pendekatan yang lebih kontekstual dalam memahami ajaran agama, sehingga tidak terjebak dalam pemahaman yang kaku dan ahistoris.


2. Demokrasi dan Reformasi Politik dalam Dunia Islam


Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi dunia Islam saat ini adalah bagaimana membangun sistem politik yang demokratis dan berkeadilan. Al-Jabiri menekankan bahwa Islam memiliki nilai-nilai demokrasi yang dapat diaktualisasikan dalam konteks politik modern. Namun, ia juga mengkritik model otoritarianisme yang sering diklaim sebagai bagian dari tradisi Islam.


Gagasannya tentang pentingnya reinterpretasi sejarah politik Islam menjadi sangat relevan, terutama dalam menghadapi berbagai bentuk pemerintahan otoriter yang masih bercokol di beberapa negara Muslim. Al-Jabiri menegaskan bahwa untuk membangun sistem politik yang sehat, umat Islam harus keluar dari pola pikir feodalistik dan menggantinya dengan konsep keadilan sosial yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang autentik.


3. Pendidikan Islam dan Tantangan Modernisasi


Sistem pendidikan di dunia Islam masih banyak yang berorientasi pada hafalan dan pengulangan teks klasik, tanpa memberikan ruang bagi pemikiran kritis dan inovatif. Al-Jabiri menekankan bahwa pendidikan Islam harus mengalami reformasi besar-besaran agar dapat melahirkan generasi intelektual yang mampu menjawab tantangan zaman.


Dalam konteks ini, relevansi pemikirannya sangat jelas, terutama dalam upaya mendorong integrasi ilmu agama dengan ilmu modern. Ia berpendapat bahwa Islam tidak boleh hanya dipahami melalui pendekatan fiqh dan teologi semata, tetapi juga harus dikaji dengan metode ilmiah yang berbasis pada rasionalitas dan pengalaman empiris.


4. Islam dan Globalisasi: Menjawab Tantangan Identitas


Globalisasi membawa tantangan besar bagi identitas keislaman, terutama dengan munculnya arus informasi yang semakin cepat dan interaksi lintas budaya yang semakin intens. Beberapa kelompok Muslim merespons globalisasi dengan sikap defensif, yang terkadang berujung pada eksklusivisme dan radikalisme.


Al-Jabiri menawarkan solusi dengan mengajak umat Islam untuk memahami identitasnya secara lebih kritis. Menurutnya, identitas Islam tidak harus bertentangan dengan modernitas, tetapi dapat dikembangkan melalui pendekatan yang lebih rasional dan inklusif. Ia menekankan bahwa umat Islam harus mampu berdialog dengan peradaban lain tanpa kehilangan jati diri, serta harus membuka diri terhadap pemikiran baru yang dapat memperkaya khazanah intelektual Islam.


5. Kontribusi Pemikiran Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Dunia Islam saat ini masih tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya integrasi antara pemikiran Islam dengan pendekatan ilmiah yang lebih rasional. Al-Jabiri mengkritik cara berpikir umat Islam yang terlalu terpaku pada warisan masa lalu, tanpa berusaha mengembangkan pemikiran baru yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman.


Ia mengusulkan agar umat Islam kembali kepada semangat intelektual Islam klasik yang terbuka terhadap berbagai disiplin ilmu. Dengan menekankan metode burhani sebagai alat utama dalam memahami realitas, umat Islam dapat lebih berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu bersaing dalam peradaban global.


Kesimpulan


Pemikiran M. Abid al-Jabiri tetap relevan dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam saat ini, mulai dari reformasi pemikiran keislaman, demokratisasi politik, modernisasi pendidikan, hingga tantangan identitas dalam era globalisasi. Gagasannya memberikan landasan yang kuat bagi upaya membangun Islam yang lebih rasional, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih kritis terhadap tradisi dan membuka diri terhadap metode ilmiah, umat Islam dapat keluar dari stagnasi intelektual dan kembali menjadi kekuatan peradaban yang dinamis dan progresif.


Comments

Postingan Populer

12 Ulama Indonesia yang Pemikirannya Diakui Dunia

Hadis Shahih: Pengertian, Syarat, Macam, dan Tingkatannya

HTM, Rute, Dan Fasilitas Taman Kartini Rembang 2022