Budaya menukarkan uang menjelang Idul Fitri

Pati - A Rima Mustajab - Ikrek Official -  Budaya menukarkan uang menjelang  Idul Fitri - Hari Raya Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi, dan banyak orang yang saat ini berpikir untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya untuk melengkapi hari raya tersebut. Ada yang unik di bulan puasa menjelang hari raya, khususnya bagi para ibu sektarian. Selain itu, kini terdapat tampilan baru mata uang Rupiah yang dapat ditukarkan di tempat penyedia layanan penukaran mata uang asing. 

 Selain menyiapkan kue kering, minuman, dan baju baru menjelang Idul Fitri, penukaran mata uang terbukti sangat populer. Banyak peluang bisnis yang akan muncul bagi mereka yang bisa memanfaatkan momen ini. Operasi penukaran ini hanya berlaku pada bulan sebelum Idul Fitri. Pertukarannya sangat mudah. Jika Anda membawa uang dengan pecahan besar, Anda bisa menerima pecahannya jika Anda mau. 

 Pecahan yang umum tersedia adalah pecahan 2.000, pecahan 5.000, pecahan 10.000, dan pecahan 20.000. Jika Anda ingin menukarkan uang, jangan heran jika jumlah yang Anda tukarkan tidak sesuai. Contoh: Jika Anda menyumbang 100.000 dengan imbalan 5.000 pecahan, Anda hanya akan menerima $95,00 karena 5.000 adalah biaya administrasi bagi pengusaha. Jika Anda bekerja di suatu perusahaan, ada cara khusus untuk menukarkan uang kertas. Itu melalui kas perusahaan. Transaksi dengan bank paling sering dilakukan oleh kasir perusahaan, sehingga Anda akan menemukan bahwa kasir memiliki pecahan yang banyak. Namun perlu diingat bahwa bank biasanya melarang kasir perusahaan menerima uang kertas karena harus dibagikan ke banyak pihak sebelum hari raya Idul Fitri. 

Apa peranan sebagian uang pada hari raya Idul Fitri? 

 Tadi kita hanya membahas tentang valuta asing saja, namun tahukah anda bagaimana cara kerja penukaran mata uang menjelang hari raya idul fitri? Berbeda dengan Natal, Nyepi, dan hari raya lainnya, penukaran uang kertas sepi. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia  beragama Islam. 

Aliran yang disiapkan menjelang hari raya Idul Fitri hendaknya diberikan kepada anak-anak yang berkunjung ke rumah. Baru beberapa tahun terakhir ini kita melihat budaya menyumbang uang menjadi populer di Indonesia. Ketika saya masih kecil, tuan rumah tidak memberi saya satu yen pun ketika saya pergi ke rumah mereka, jadi saya merasa ingin menjadi anak kecil lagi, hehehe... 

Mungkin karena rasa saling menghormati antar tetangga dan kerabat dekat, memberi uang kepada anak sudah menjadi budaya yang bertahan lama di Indonesia. Tidak ada salahnya, karena tuan rumah memberikan uang sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Anak-anak menikmati liburan Idul Fitri 

 Mereka disebut juga anak-anak, jadi semua yang mereka lakukan hanyalah naluri anak-anak yang belum tahu tata krama. Mereka tahu cara mendapatkan uang, membeli makanan ringan, dan bermain. Siapa sangka anak-anak memanfaatkan hari raya Idul Fitri? 

Mungkin mereka menganggap itu biasa saja karena mereka semua  adalah anak-anak. Namun, akan membuat frustasi ketika anak-anak kembali lagi setelah beberapa saat dan membawa serta teman-teman lainnya. 

Jika Anda terus memberi mereka uang, mereka akan datang lebih sering dari satu atau dua kali. Kamu punya banyak uang, jadi tidak masalah, hehehe...tapi kamu perlu mempertimbangkan apakah ini akan mengajarkan kejujuran pada anakmu. 

Trik memberi uang kepada anak  saat  Idul Fitri 

Sebenarnya tidak ada tips khusus dalam memberikan uang kepada anak. Jika Anda mempunyai banyak uang di brankas, berikan uang sebanyak-banyaknya kepada anak-anak Anda. Namun jika kamu mengeluh ketika memberikan uang kepada anakmu, maka pahalamu akan hilang. 

Menyumbangkan uang kepada anak secara sukarela di hari raya Idul Fitri, merupakan cara yang baik untuk mendidik anak tentang kejujuran. Seperti biasa, berikan anak amplop yang berisi uang di dalamnya, namun jika melihat ada anak yang datang untuk kedua kalinya, jangan berikan uang lagi, katakan saja, “Hai kakak, kamu baru saja memberi saya uang!!!” tolong. Beri tahu saya. 

Ini merupakan mekanisme agar anak yang sudah datang berpikir untuk datang lagi. Yang terpenting dari trik ini adalah  anak belajar jujur ​​dan tidak memberi contoh pada anak lain.

Comments

Popular posts from this blog

Habib Lutfi bin Yahya: Pencerahan Spiritual di Zaman Modern

Ilmu Kalam Klasik Pengertian, Jenis & Faktor

Tradisi Menabur Bunga di Atas Kuburan: Keindahan dan Makna dalam Budaya Jawa