Inspiratif! 4 Cara Bisnis ala Rasulullah yang Patut Diteladani

Berdagang atau berdagang merupakan salah satu sarana penghidupan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Hal ini juga ditegaskan dengan adanya mata pencaharian Nabi Muhammad Saw (saw) yang berdagang. Padahal, Rasulullah SAW sudah berbisnis sejak kecil, tepatnya pada usia 12 tahun.Meski bukan orang terpelajar, namun Rasulullah memiliki kecerdasan dan hikmah yang luar biasa. Tak heran jika ia bisa menjalankan bisnis yang jujur dan menguntungkan. Rasulullah SAW menegaskan, berbisnis bukan sekedar mencari penghasilan melainkan ridho Allah SWT. Lalu bagaimana Nabi Muhammad menjalankan bisnis? Yuk simak artikel Tips Bisnis berikut ini selengkapnya.Cara bisnis Nabi Muhammad SAW patut ditiruNabi SAW sebagai orang paling mulia mengajarkan risalah Islam secara detail kepada seluruh umat di dunia. Dari hal-hal kecil yang sederhana hingga hal-hal besar yang rumit. Salah satunya tentang perdagangan atau bisnis. Banyak orang ingin berbisnis dengan Nabi Muhammad karena beliau dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Nah berikut ini cara-cara bisnis yang patut ditiru Rasulullah Sahabat Wirausaha.1. Membela KejujuranSalah satu alasan masyarakat Mekkah senang berbisnis dengan Nabi Muhammad SAW adalah sifat jujurnya. Dalam dunia bisnis, Rasulullah SAW sangat terkenal dengan kejujurannya dalam perkataan dan perbuatan. Jangan pernah berbohong, apalagi munafik, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bisnis.Nabi tidak pernah mengurangi berat timbangan bahkan sering melebih-lebihkan takarannya. Ia juga tidak pernah salah dalam menggambarkan kualitas barang yang dijualnya. Misalnya, kurma berkualitas terkirim dengan baik ke konsumen. Oleh karena itu Rasulullah Saw dijuluki Al Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.Integritas Nabi Muhammad yang selalu dijunjung tinggi oleh Nabi Muhammad SAW sudah melekat dalam akhlak beliau sejak kecil hingga dewasa, baik sebelum maupun sesudah beliau menerima wahyu profetik dari Allah SWT. Mengenai bisnis, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya para saudagar (pedagang) pada hari kiamat nanti akan menjadi penjahat, kecuali para saudagar yang bertakwa kepada Allah, beramal shaleh dan jujur” (HR. Tirmidzi).Kesuksesan bisnis membawa berkah bila dikelola dengan jujur dan tanpa tipu muslihat. Jangan berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan cara yang merugikan konsumen. Menurunkan berat badan dari 1 pon menjadi 9 ons, atau mencampurkan produk berkualitas baik dengan produk jelek agar bisa dijual dengan harga tinggi, tentu bukan kegiatan yang terpuji. Berbisnis yang jujur tidak hanya bisa menjadi berkah, tapi juga meningkatkan kepercayaan baik mitra bisnis maupun pelanggan. Faktanya, pelanggan menjadi lebih loyal ketika menggunakan produk kita.2. Raih Untung WajarMeski Rasulullah Saw dikenal sebagai sosok yang amanah, namun beliau tidak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meraup untung maksimal. Rasulullah SAW hanya menerima keuntungan yang tidak seberapa dari perdagangan. Rasulullah SAW menentukan harga jual suatu barang disesuaikan dengan harga belinya. Semakin tinggi harga beli suatu barang maka semakin tinggi pula harga jualnya.Rasulullah SAW menjual barang sesuai kualitasnya. Beliau membeli Stok Produk untuk dijual kembali ke Negara Syam (Palestina dan sekitarnya). Hal ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah tidak pernah menyimpan barang sedemikian rupa sehingga persediaannya terbatas dan dijual dengan harga tinggi. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun melarang praktik ini.Dalam berbisnis, Rasulullah SAW tidak hanya mencari keuntungan namun mengharapkan keberkahan Allah SWT. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syu'araa : 20 : “Barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami tingkatkan baginya, dan barangsiapa menghendaki pahala dunia, Kami beri dia bagian dari keuntungan duniawi, dan tidak ada kebahagiaan baginya. .di akhirat."Pada prinsipnya mengejar keuntungan dalam bisnis itu baik asalkan tidak membebani atau merugikan konsumen. Jangan menjadi pedagang yang tidak jujur. Tak perlu banyak-banyak, asal bisnisnya untung pasti tetap lestari.3. Nabi hanya menjual produk halal seperti kurma, kain, parfum, peralatan rumah tangga, pakaian, dll. Rasulullah SAW tidak menjual khamr (anggur), mayat, daging babi dan anjing atau patung karena Allah SWT melarangnya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan penjualan khamar, mayat, babi dan patung” (H.R. Jabir).Penggunaan barang berupa emas dan kain sutra dilarang, namun penjualannya diperbolehkan. Menjual barang halal dan suci mendatangkan kebaikan dan keberkahan. Sebaliknya barang haram justru mendatangkan hal buruk. Seperti halnya riba, Rasulullah tidak pernah melakukan transaksi yang melibatkan riba. Perdagangan barang-barang Ribawi seperti emas, perak, gandum, gandum, garam dan kurma harus dilakukan secara lokal dan secara tunai.Rasulullah bersabda: “Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dan garam harus sama berat dan uangnya. “Kalau beda jenisnya, jual saja.” . sesukamu, tapi harus tunai” (HR Muslim). Di sini Nabi Muhammad mengamalkan praktek bisnis yang adil dan seimbang. Misalnya, 1 kg gandum grade A tidak bisa ditukar dengan 2 kg gandum grade B. Penukaran barang Ribaw harus sama jenis, kualitas dan kuantitasnya. Kalau dijual harus tunai.Penjualan barang haram dan riba berdampak buruk terhadap harta yang diperoleh, tidak berkah, tidak menambah harta dan mengancam putusnya hubungan baik. Nabi Muhammad menghindari bahaya ini. Faktanya, banyak pedagang yang terjebak riba kehilangan segalanya. Hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi sobat wirausaha agar lebih berhati-hati dalam mengelola usahanya agar menguntungkan dan membawa keuntungan jangka panjang.4. Bersaing SehatMeski sejak kecil beliau dianggap istimewa karena sifat baiknya, namun bukan berarti Rasulullah SAW tidak memiliki pesaing dalam berbisnis. Rasulullah SAW tidak pernah menjelek-jelekkan barang penjual lain. Rasulullah SAW bersabda: “Jangan sampai ada orang yang menjual dengan maksud merusak nama baik barang yang dijual orang lain” (HR. Muttafaq Alaih).Demikian pula Rasulullah SAW tidak pernah melakukan “perang harga” dengan kompetitornya dalam hal harga. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu berjualan bersaing dengan penjualan saudaramu” (HR. Bukhari). Dari hadis tersebut jelas bahwa Rasulullah SAW melarang umatnya untuk bersaing dalam hal harga. Ia justru menganjurkan persaingan yang sehat dalam hal kualitas barang, jasa, dan nilai tambah yang merupakan keunggulan kompetitif dari setiap produk yang dijual.Hal ini dapat menjadi contoh bagi teman-teman wirausaha bagaimana menyikapi persaingan perusahaan. Tidak perlu meremehkan atau bahkan merugikan pesaing Anda. Fokus saja pada peningkatan dan peningkatan kualitas produk dan layanan.

Comments

Popular posts from this blog

Habib Lutfi bin Yahya: Pencerahan Spiritual di Zaman Modern

Ilmu Kalam Klasik Pengertian, Jenis & Faktor

Tradisi Menabur Bunga di Atas Kuburan: Keindahan dan Makna dalam Budaya Jawa