Apa perbedaan utama antara pendidikan akidah dan pendidikan moral menurut al-Buti

Apa perbedaan utama antara pendidikan akidah dan pendidikan moral menurut al-Buti - A Rima Mustajab - Pendidikan telah diakui oleh berbagai pihak sebagai kunci solusi untuk setiap masalah yang dihadapi umat manusia, namun pembahasannya tidak pernah selesai seiring dengan perubahan realitas dan kehidupan manusia sebagai objek pendidikan. Berbeda dengan Al-Qur'an dan hadis yang sudah lengkap, realitas kehidupan manusia terus berubah dan berkembang. Ibn Rusyd dalam "Bidâyatul Mujtahid" menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara manusia tidak terbatas, sedangkan nash-nash (Al-Qur'an dan Hadis) adalah terbatas, sehingga tidak mungkin menyandingkan sesuatu yang terbatas dengan yang tidak terbatas.

Gambar: Al-Buti, Sumber;Wordpress (Jalan Damai)

Masalah pendidikan akan selalu berlanjut tanpa henti, menjadi agenda yang tidak pernah selesai, bahkan di negara maju sekalipun. Penyebab utamanya adalah karena semua orang berkepentingan dengan pendidikan, mulai dari yang ingin memperbaikinya, yang ingin merusaknya, hingga yang tidak tahu tentang pendidikan ikut serta membicarakannya. Pendidikan adalah masalah bersama, berbeda dengan bidang lain seperti pabrik nuklir yang hanya dibahas oleh kalangan tertentu. Posisi penting pendidikan inilah yang membuat semua orang membicarakannya, mengkritik, dan mengutuk karena ketidakpuasan, meskipun pada akhirnya menyerahkan pendidikan anak-anak mereka kepada lembaga pendidikan.

Dalam Islam, pendidikan memiliki posisi yang sangat terhormat, terlihat dari wahyu pertama yang turun tentang perintah iqra' (QS. Al-'Alaq: 1-5). Ayat ini membicarakan manusia sebagai objek pendidikan yang akan sangat menentukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan. Namun, paradigma Islam dalam melihat masalah pendidikan tampaknya belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat Muslim Indonesia, yang mayoritas masih sangat terbelakang dari berbagai sisi, seperti ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban.

Pendidikan Islam saat ini menghadapi tantangan yang lebih berat dibandingkan masa awal penyebaran Islam, karena timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang kompleks. Tugas pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya kini menghadapi problema kehidupan yang sangat kompleks akibat tuntutan yang semakin berkembang. Semakin kompleks tuntutan psikologis manusia, semakin sulit diberi nafas agama.

Diperlukan sistem pendidikan Islam yang bebas dari kungkungan dan hegemoni pihak tertentu, seperti yang disebut oleh Al-Nadwî sebagai "Al-Hurrah," sebagai respon terhadap keadaan pendidikan yang saat itu hanya didominasi oleh sistem Barat. Liberalisasi dalam dunia pendidikan sudah masuk pada tahap yang sangat serius dan massif, padahal nilai-nilai ajaran agama harus mewarnai kepribadian peserta didik dalam seluruh dimensi kehidupan.

Beberapa solusi ditawarkan untuk mengatasi persoalan di atas, mulai dari pendidikan berbasis akhlak atau karakter, pendidikan jiwa, pendidikan akal, pendidikan keterampilan, hingga pendidikan akidah. Para pemikir dan pendidik dunia Islam, seperti Al-Hâzimî, Nâsih 'Ulwân, Al-Nahlawî, Ali Al-Nadwî, dan Abul A'lâ Al-Maudûdî, serta ulama klasik seperti Al-Ghazâli, Ibn Taimiyah, Ibn Jamâ'ah, dan Al-Zarnûdijî, sepakat menempatkan pendidikan akidah sebagai prioritas utama dalam pendidikan Islam. Mereka memandangnya sebagai fardlu 'ain dan fardlu kifayah, dengan ilmu agama dan pemahaman akidah sebagai pondasi utama.

Namun, harapan tersebut terhambat oleh masih sedikitnya pendidikan akidah yang berorientasi pada metode integratif yang berbasis keimanan, didukung oleh ilmu, dan diwujudkan dengan perbuatan. Jarang ada pemikir dan pendidik yang menjelaskan bahwa pendidikan akidah bukan hanya persoalan dogmatis, tetapi juga tuntutan akal, kewajiban memenuhi perjanjian, serta kesesuaian dengan fitrah manusia.

Salah satu pemikir yang jarang adalah Syeikh Muhammad Sa'id Ramadlan Al-Bûthî. Melalui karyanya "Kubrâ Al-Yaqîniyyât Al-Kauniyyah: Wujûd Al-Khâlik Wa Wadzîfat Al-Makhlûq," ia memberikan warna baru dalam dunia pendidikan akidah. Ia dianggap sebagai ulama Ahlussunnah yang kompeten memperjuangkan akidah Islam, mengikuti jejak Al-Syafi'i, Al-Asy'ari, dan Al-Ghazâli. Dengan ketajaman lisan dan kecerdasan akalnya, ia memadukan pemikiran tradisional dan kontemporer, sehingga pada tahun 2004 dijuluki sebagai syakshiyatul 'alam Al-Islamî (pribadi khusus dunia Islam).

Al-Bûthî juga aktif dalam pendidikan, menjadi pengajar dan dosen di beberapa universitas, dan menjabat sebagai dekan Fakultas Syariah di Universitas Damaskus serta Kepala Departemen Akidah dan Agama. Karyanya diakui dan dihargai, termasuk penghargaan dari Pusat Studi Ilmu Islam di Yordania yang menempatkannya dalam barisan 500 ulama berpengaruh di dunia Islam. Ia menulis 60 karya di berbagai bidang ilmu dan aktif mengikuti berbagai seminar internasional.

Pendidikan akidah sebagai solusi liberalisasi pendidikan sangat penting dikaji berdasarkan latar belakang tersebut. 

Apa perbedaan utama antara pendidikan akidah dan pendidikan moral menurut al-Buti

Muhammad Sa'id Ramadan al-Buti membedakan antara pendidikan akidah dan pendidikan moral dengan mengutamakan pendidikan akidah sebagai dasar utama. Berikut adalah beberapa perbedaan utama menurut al-Buti:

1. Pendidikan Akidah

  • Tujuan: Memperkenalkan akidah Islam kepada generasi muda, termasuk dasar-dasarnya, usul-usul ibadah, dan tata cara melaksanakannya dengan betul.
  • Kesadaran Beragama: Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri anak didik terhadap agama, termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak mulia.
  • Menambah Keimanan: Menambah keimanan kepada Allah, pencipta alam, serta kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari kemudian berdasarkan paham kesadaran dan keharusan perasaan.
  • Membentengi dari Krisis Keimanan: Membentengi generasi muda dari krisis keimanan dan keislaman.
  • Mengembangkan Minat Beragama: Mengembangkan minat yang tinggi untuk menambahkan pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan[1][2][3].

2. Pendidikan Moral

  • Tujuan: Mengembangkan akhlak mulia yang mendorong perbuatan-perbuatan yang bernilai baik.
  • Kesadaran Beragama: Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri anak didik terhadap agama, termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak mulia.
  • Menambah Keimanan: Menambah keimanan kepada Allah, pencipta alam, serta kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari kemudian berdasarkan paham kesadaran dan keharusan perasaan.
  • Membentengi dari Krisis Keimanan: Membentengi generasi muda dari krisis keimanan dan keislaman.
  • Mengembangkan Minat Beragama: Mengembangkan minat yang tinggi untuk menambahkan pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan[1][2][3].

Dengan demikian, pendidikan akidah menurut al-Buti lebih berfokus pada memperkenalkan dan menumbuhkan kesadaran beragama, sementara pendidikan moral lebih berfokus pada mengembangkan akhlak mulia dan menumbuhkan kesadaran beragama.

Citations:

[1] [PDF] TELAAH PEMIKIRAN MUHAMMAD SA'ID RAMDLAN AL-BUTHI ABDUL ... http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=936008&title=PENDIDIKAN+AKIDAH+TELAAH+PEMIKIRAN+MUHAMMAD+SAID+RAMDLAN+AL-BUTHI&val=13484

[2] TELAAH PEMIKIRAN MUHAMMAD SA'ID RAMDLAN AL-BUTHI ... https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/TAWAZUN/article/view/1130

[3] [PDF] PANDANGAN AL-BUTHI TERHADAP HUKUM MENGIKUTI PROGRAM ... https://jurnalfsh.uinsa.ac.id/index.php/alhukuma/article/download/910/805/4949

[4] [PDF] 15 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Tinjauan Teori 1. Pendidikan Islam ... http://repository.uin-suska.ac.id/28038/7/7.%202017257PAI-S2BAB%20II.pdf

[5] DR. Said Ramadhan Al-Buthi; Lentera Umat Islam dari Bumi Syam https://sidogirimedia.com/dr-said-ramadhan-al-buthi-lentera-umat-islam-dari-bumi-syam/

Comments

Postingan Populer

Cara Menanam Jagung Manis Agar, Untung 20 Juta Sekali Panen - Cah Ikrek Media

Beli Token Listrik Di Shopee, Begini Caranya & Biaya Adminya